BMKG Ungkap 8 Wilayah RI dengan Suhu Paling Dingin di Awal Juli 2025, Ini Daftarnya

BMKG Ungkap 8 Wilayah RI dengan Suhu Paling Dingin di Awal Juli 2025, Ini Daftarnya

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 11 Jul 2025 15:32 WIB
BMKG Ungkap 8 Wilayah RI dengan Suhu Paling Dingin di Awal Juli 2025, Ini Daftarnya
Fenomena bediding di Indonesia. (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap sederet wilayah dengan fenomena 'bediding' imbas suhu terdingin awal Juli 2025. Melalui akun Instagram resmi BMKG, sedikitnya ada delapan wilayah dengan catatan suhu tertinggi di Indonesia.

Tidak termasuk Jabodetabek, berikut laporan suhu minimum Indonesia periode Selasa (1/7/2025) hingga Selasa (8/7/2025):

  • Selasa (1/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)
  • Rabu (2/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)
  • Kamis (3/7/2025): Enarotali, Papua Tengah (13 derajat Celsius)
  • Jumat (4/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)
  • Sabtu (5/7/2025): Silangit, Sumatera Utara (15 derajat Celsius)
  • Minggu (6/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (13 derajat Celsius)
  • Senin (7/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (11 derajat Celsius)
  • Selasa (8/7/2025): Frans Sales Lega, NTT (12 derajat Celsius).

Penyebab suhu dingin Indonesia tampak anomali di masyarakat awam mengingat seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Meski begitu, menurut Kepala BMKG Dwikorita, hal ini dikarenakan adanya dinamika atmosfer tak lazim yang membuat musim kemarau mundur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir merata terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Walhasil, cuaca ekstrem terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Tren ini menurutnya masih terus berlanjut hingga akhir Juni 2025. lantaran baru sekitar 30 persen wilayah zona musim yang dinyatakan masuk ke peralihan musim kemarau.

"Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau," beber Dwikorita dalam konferensi pers awal pekan ini.

ADVERTISEMENT

Mundurnya musim kemarau dipicu lemahnya monsun australia dan suhu muka laut di selatan Indonesia yang meningkat. Keduanya menyebabkan kelembapan udara menjadi tinggi hingga terbentuk awan hujan, meski seharusnya sudah masuk periode kering.

Keadaan ini semakin diperburuk dengan kemunculan fenomena atmosfer seperti aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator (Kelvin dan Rossby Equator). Keduanya mendukung pembentukan awan konvektif dan memperbesar potensi hujan lebat.

"Kendati ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir tahun, curah hujan di atas normal masih terus terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia sejak Mei dan diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025," pungkas dia.




(naf/kna)

Berita Terkait