Autopsi Brasil Ungkap Detik-detik Terakhir Juliana Marins, Sempat Bertahan 32 Jam

Autopsi Brasil Ungkap Detik-detik Terakhir Juliana Marins, Sempat Bertahan 32 Jam

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Minggu, 13 Jul 2025 10:30 WIB
Autopsi Brasil Ungkap Detik-detik Terakhir Juliana Marins, Sempat Bertahan 32 Jam
Jasad Juliana Marins. (Foto: REUTERS/Ricardo Moraes)
Jakarta -

Hasil pemeriksaan terbaru mengungkapkan perkiraan pasti meninggalnya Juliana Marins. Perempuan berusia 26 tahun yang meninggal pasca terjatuh di Gunung Rinjani tersebut dinyatakan sempat bertahan hidup hingga 32 jam.

Melalui konferensi pers di Rio de Janeiro, Brasil, institut kedokteran forensik setempat menyebut hasilnya didapat dari pemeriksaan entomologi. Studi ini terkait temuan utama investigasi Brasil, soal larva yang terdapat di tubuh korban.

Menurut salah satu anggota tim pemeriksaan medis Reginaldo Franklin Pereira dari Kepolisian Sipil Rio, ada larva di kulit kepala dan dada Juliana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan dukungan entomolog forensik Janyra Oliveira Costa, yang dianggap sebagai salah satu pakar terkemuka di di Brasil, kematian dapat diperkirakan secara retroaktif berdasarkan spesies, bertelur, dan waktu perkembangan.

"Diperkirakan Juliana meninggal sekitar tengah hari pada tanggal 22 Juni waktu Indonesia. Karena jatuh terjadi pada pukul 04.00 pagi tanggal 21, ia mungkin masih hidup hingga 32 jam," kata Reginaldo, dikutip dari CNN.

ADVERTISEMENT

Penyebab kematian dipastikan trauma multipel, dengan cedera benturan yang luas. Menurut para ahli, jatuh terakhir kali akan menyebabkan cedera fatal, dan Juliana diperkirakan bertahan hidup maksimal 15 menit setelah tahap ini, dengan kematian yang sangat menyakitkan.

Prosesnya sangat menyakitkan, dengan gangguan pernapasan yang ekstrem. Alveoli paru-paru terisi darah, yang mencegah oksigen mencapai paru-paru.

"Mengalami gangguan pernapasan, dan kemudian kematian terjadi," jelas ahli di Brasil, Nelson Massini.

Juliana jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, di Pulau Lombok, pada tanggal 21 Juni. Menurut para saksi, ia terdengar berteriak minta tolong selama lebih dari 14 jam setelah terjatuh.

Namun, proses penyelamatan memakan waktu sekitar empat hari. Jenazah baru dikeluarkan dari gunung pada tanggal 25, dengan bantuan relawan dan tim lokal. Autopsi pertama dilakukan di Indonesia, tetapi hasilnya dianggap tidak meyakinkan mengenai waktu kematian. Keluarga meminta analisis baru di Brasil, yang disahkan oleh Pengadilan Federal.

Laporan forensik terbaru dipresentasikan di kantor pusat DPU di pusat kota Rio, dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Pembela Umum Federal TaĆ­sa Bittencourt Leal, Queiroz, para ahli, dan keluarga perempuan muda tersebut. Para ahli menegaskan kembali bahwa perkiraan tersebut kurang akurat, tetapi didukung oleh referensi ilmiah internasional dan metodologi forensik yang umum digunakan.

"Kami menentukan waktu kematian berdasarkan sains, bukan asumsi. Entomologi forensik memberi kami dukungan teknis ini," pungkas Reginaldo.

Kasus ini masih dalam penyelidikan oleh otoritas Brasil.




(naf/naf)

Berita Terkait