Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini

detikhealth Research Team - detikHealth
Jumat, 08 Agu 2025 16:16 WIB
Foto: infografis detikHealth
Jakarta -

Stunting masih menjadi tantangan kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting berada di angka 21,5 persen. Tahun 2024, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting menjadi 19,8 persen.

Meski turun dibanding tahun sebelumnya, stunting di beberapa provinsi masih menjadi persoalan. Berikut 10 provinsi dengan prevalensi stunting di atas angka nasional:

  • Nusa Tenggara Timur: 37 persen
  • Sulawesi Barat: 35,4 persen
  • Papua Barat Daya: 30,5 persen
  • Nusa Tenggara Barat: 29,8 persen
  • Aceh: 28,6 persen
  • Maluku: 28,4 persen
  • Kalimantan barat: 26,8 persen
  • Sulawesi Tengah: 26,1 persen
  • Sulawesi Tenggara: 26,1 persen
  • Papua Selatan: 25,7 persen

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berpengaruh terhadap perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga kualitas hidup jangka panjang.

Studi tahun 2021 yang dipublikasikan di jurnal Gaceta Sanitaria berjudul 'Role of Maternal in Preventing Stunting: A Systematic Review' menekankan, upaya pencegahan dan penanganan stunting harus terus dioptimalkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting.

Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan perkembangan kognitif, gangguan pertumbuhan fisik, serta gangguan metabolisme dalam tubuh. Sementara dalam jangka panjang, dampaknya meliputi penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, rendahnya sistem kekebalan tubuh yang membuat anak lebih rentan terhadap penyakit, serta peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, gangguan kardiovaskular, kanker, stroke, hingga disabilitas pada usia lanjut.

"Konsekuensi ini sejalan dengan stunting yang terjadi pada masa bayi dan anak usia dini, yang berdampak pada peningkatan angka morbiditas, rendahnya fungsi kognitif dan prestasi akademik di masa anak-anak, peningkatan risiko kematian perinatal dan kematian dini pada perempuan, hingga menurunnya produktivitas dan pendapatan saat dewasa," demikian tulis para peneliti.

Kebutuhan Nutrisi Selama Hamil-Menyusui

Adapun salah satu fondasi utama untuk mencegah stunting adalah pemenuhan kebutuhan gizi sejak masa kehamilan dan menyusui.

Studi tahun 2017 berjudul 'Assessment of the Nutrient Intake and Micronutrient Status in the First Trimester of Pregnant Women in Jakarta' yang dipublikasikan di Medical Journal of Indonesia mengungkapkan sebagian besar Ibu hamil di Jakarta memiliki asupan energi dan nutrisi maternal yang rendah. Studi ini juga menyebut, gizi Ibu sebelum dan selama kehamilan sangat penting untuk hasil kehamilan yang sehat.

Trimester pertama merupakan periode yang paling krusial karena pada 13 minggu pertama ini terjadi proses konsepsi, implantasi, dan organogenesis. Kekurangan makro dan mikronutrien berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan Ibu maupun janin.

Status gizi yang kurang optimal telah terbukti dapat menyebabkan keguguran, gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (intrauterine growth restriction), preeklampsia, infeksi, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan anemia. Selain itu, kondisi ini juga meningkatkan risiko kematian Ibu dan bayi baru lahir.

Gizi Ibu juga berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang anak, termasuk dalam proses 'pemrograman' penyakit tidak menular. Berbagai studi telah membuktikan, 1.000 hari pertama kehidupan (selama kehamilan dan dua tahun pertama setelah lahir) merupakan periode krusial untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Asupan gizi yang baik dan pertumbuhan yang sehat pada periode ini akan memberikan manfaat jangka panjang sepanjang hidup," tulis para peneliti.

Pentingnya Nutrisi saat Hamil dan Menyusui, Cegah Stunting Sejak Dini Foto: infografis detikHealth



Simak Video "Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia"


(suc/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork