Setiap hari jutaan orang tua di Indonesia memberi susu dalam botol kepada bayi dan balita mereka dengan air minum dari galon guna ulang. Namun, mereka belum menyadari adanya ancaman kesehatan tersembunyi dari kebiasaan tersebut.
Ahli Kesehatan Masyarakat, dr. Basrah Amru, menyampaikan bahwa anak bisa terpapar BPA sejak masih dalam kandungan dan ini bisa merusak perkembangan otaknya.
Dampak jangka panjangnya juga mengerikan, yakni terkena obesitas dan diabetes di kemudian hari. Yang lebih mengkhawatirkan, BPA ternyata bisa melemahkan daya tahan tubuh anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak yang terpapar BPA lebih mudah sakit karena sistem kekebalannya terganggu," ujar dr. Basrah dalam keterangannya, Kamis (9/10/2025).
Para ahli kesehatan lain juga sudah memperingatkan bahwa balita paling berisiko terkena dampak buruk dari bahan kimia berbahaya yang ada dalam produk plastik keras pada galon guna ulang.
Selain itu, dr. Basrah juga menegaskan bahwa meskipun efek paparan BPA mungkin tidak langsung terlihat pada saat ini, dampaknya dapat berlangsung seumur hidup.
"Dampak BPA mungkin tidak terlihat sekarang, tapi bisa berlangsung seumur hidup. Makanya, melindungi anak dari BPA harus jadi prioritas utama," tegasnya.
Peringatan ini bahkan sudah diakui dunia internasional melalui rancangan perjanjian global yang dipelopori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Busan, Korea Selatan. Rancangan perjanjian itu secara khusus menyebutkan perlunya melindungi balita dari paparan Bisphenol A (BPA).
BPA adalah bahan kimia yang biasa digunakan untuk membuat plastik keras dan lapisan dalam kaleng makanan. Dalam kehidupan sehari-hari, BPA bisa ditemukan pada galon guna ulang, wadah makanan, mainan anak, dan bahkan struk belanja. Yang mengkhawatirkan, BPA bisa berpindah dari kemasan ke makanan atau minuman, terutama saat terkena panas.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Irfan Dzakir Nugroho mengatakan bahwa paparan BPA berpotensi menimbulkan berbagai gangguan pada anak, mulai dari peningkatan perilaku hiperaktif, hingga kemungkinan berkembangnya gejala depresi.
"BPA bisa menyebabkan anak jadi hiperaktif, cemas, susah konsentrasi, bahkan depresi," katanya.
Peringatan para dokter di atas sejalan dengan badan keamanan pangan Eropa (EFSA) yang pada tahun lalu sudah menurunkan batas aman BPA sampai 20.000 kali lipat lebih ketat karena ternyata BPA berbahaya meski dalam jumlah sangat sedikit. Eropa bahkan sudah melarang penggunaan BPA dalam kemasan makanan mulai Januari 2025.
Di Indonesia, BPOM mewajibkan mencantumkan label bahaya Bisfenol A atau BPA pada galon air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan polikarbonat.
Untuk melindungi buah hati kita dari bahaya BPA, para ahli menyarankan:
1. Pilih botol susu dan wadah makanan berlabel 'BPA Free'
2. Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik
3. Ganti galon air minum yang sudah lama dan berusia di atas 1 tahun, kusam, atau retak
4. Baca label kemasan sebelum membeli produk anak
Dengan semakin banyaknya negara yang melarang BPA dan bertambahnya bukti ilmiah tentang bahayanya, orang tua Indonesia diharapkan lebih waspada dalam memilih produk untuk anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan yang sangat menentukan masa depan si kecil.
(ega/ega)











































