Ancaman Mengintai di Balik Konsumsi Minuman Manis

Ancaman Mengintai di Balik Konsumsi Minuman Manis

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 14 Okt 2025 17:20 WIB
Asian woman drinking juice in a disposable plastic glass using a straw. Portrait of a young woman enjoying a glass of juice.
Minuman manis. (Foto: Getty Images/jacoblund)
Jakarta -

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024 menunjukkan 68 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) setidaknya sekali dalam sepekan. Angka tertinggi tercatat di Jawa Barat (88 persen), diikuti DKI Jakarta (87,4 persen) dan Banten (83,6 persen).

Menariknya, tren ini terjadi di semua lapisan masyarakat, dari rumah tangga miskin (69 persen) hingga pekerja sektor formal (74 persen). Produk yang paling sering diminum adalah kopi instan (42 persen).

Namun, di balik kebiasaan itu tersimpan ancaman serius. BPJS Kesehatan mencatat biaya perawatan penyakit ginjal kronis mencapai Rp 11 triliun pada 2024, melonjak tajam dari Rp 6,5 triliun pada 2019. Sebagian besar dana terserap untuk pasien hemodialisis (cuci darah), yang kini justru banyak berasal dari usia produktif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi sempat menjelaskan lebih dari separuh pasien cuci darah memiliki penyakit penyerta, dan 50 persen di antaranya mengidap diabetes. "Kalau kita lihat sekarang, setengah pasien cuci darah itu mengalami gangguan gula darah," ujarnya beberapa waktu lalu.


Diabetes kini menjadi penyebab utama gagal ginjal kronis, dipicu pola makan tinggi gula dan gaya hidup minim aktivitas fisik. Anak muda semakin jarang bergerak, lebih sering duduk di depan gawai, dan terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji serta minuman manis.

ADVERTISEMENT

Selain diabetes, hipertensi dan dehidrasi kronis juga memperparah kerusakan ginjal. "Hidup yang tidak sehat menyebabkan metabolisme tidak normal. Ini yang membuat orang bermasalah dengan gula dan tekanan darah," lanjut dr Nadia.

Masalahnya, gagal ginjal sering tak bergejala di awal. Banyak pasien baru sadar saat ginjal sudah rusak parah dan membutuhkan cuci darah, dan risiko penyakit lain juga ikut mengintai.

Untuk membahas lebih lanjut tentang konsumsi gula, seri diskusi detikcom Leaders Forum akan kembali menghadirkan para pakar dan pemangku kebijakan. Nantikan 31 Oktober 2025 hanya di detikcom!




(naf/up)

Berita Terkait