Siapa yang tahu soal istilah 'ambivert'? Psikiater asal Swiss pertama kali memperkenalkan konsep introversi dan ekstroversi dengan gagasan introvert cenderung memiliki dunia batin yang kaya dan membutuhkan waktu istirahat mendalam jauh dari hiruk pikuk dunia luar. Sedangkan, ekstrovert justru hidup dari energi dan keceriaan dunia luar.
Nah, ambivert adalah gabungan dari keduanya sekaligus. Menurut American Psychological Association (APA), ambivert adalah seseorang yang memiliki porsi seimbang antara introversi dan ekstroversi. Kadang mereka juga disebut ekstrovert yang introvert.
Dikutip dari Very Well Mind, terdapat beberapa ciri-ciri ambivert yang mungkin belum banyak diketahui. Pertama, seorang ambivert tidak keberatan menjadi pusat perhatian, asalkan energi sudah cukup terisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang dengan ambivert juga sering merasa bergantian antara menjadi introvert dan ekstrovert. Ini bukan karena situasi tertentu, tapi secara alamiah dari dalam diri.
Seorang ambivert membutuhkan dua kondisi, yaitu suasana ramai dan waktu sendiri. Dalam beberapa momen, orang dengan kepribadian ambivert membutuhkan kesendirian total setelah acara sosial besar.
Berikut ini adalah lima tanda seorang ambivert:
1. Pertemuan intim lebih bermakna. Seorang ambivert menikmati obrolan mendalam, tapi bisa kewalahan dengan komunikasi impersonal seperti teks atau email.
2. Seorang ambivert cenderung lebih mudah berteman. Biasanya, seorang ambivert punya lingkaran teman inti yang dekat dan bertahan lama, serta banyak kenalan dari berbagai kalangan.
3. Setelah hari sosial yang panjang, seorang ambivert butuh ketenangan. Misalnya, berbaring di tempat tidur dengan lampu redup, sambil mendengarkan podcast setelah mendatangi pesta.
4. Seorang ambivert bisa menjadi pemain tim, tapi juga pemimpin. Rekan kerja mungkin menganggap orang yang ambivert fleksibel karena bisa menyesuaikan diri dengan peran apapun.
5. Baterai sosial seorang ambivert cepat terisi ulang. Sedikit waktu istirahat saja sudah cukup untuk membuat seorang ambivert siap bersosialisasi lagi di malam hari.
Dalam beberapa kasus, seorang ambivert mungkin akan lebih mudah mengalami burnout. Salah satu langkah atau tantangan yang perlu dilakukan oleh seorang ambivert adalah mengetahui batas antara menjadi seorang introvert dan ekstrovert.
Penting untuk mengenal diri lebih dalam, agar tidak memaksakan diri untuk terlalu 'aktif' dalam kehidupan sosial, atau terlalu 'menyendiri'. Kenalilah kebutuhan mungkin akan berubah-ubah.
Sebagai seorang ambivert, manusia mungkin tidak pernah tahu situasi mana yang sedang dialami. Menyadari perbedaan ini dan memahami dualitas dalam kepribadian sangat membantu untuk menjembatani jarak antara kelelahan sosial dan kebutuhan untuk bersosialisasi.
Coba berusaha untuk tidak membuat terlalu banyak rencana berturut-turut, tapi juga tidak menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian. Intinya, coba temukan keseimbangan di tempat kerja, berkomunikasi dengan orang di rumah, hingga mengelola burnout, dan di sisi lain mengelola keinginan bersosialisasi.











































