Banjir dan longsor yang terjadi di sejumlah daerah di Sumatera bukan hanya meninggalkan kerusakan, tetapi juga meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit. Kondisi lingkungan yang kotor, keterbatasan air bersih, serta padatnya lokasi pengungsian membuat masyarakat lebih rentan terkena infeksi.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan terdapat beberapa penyakit yang berpotensi meningkat bahkan memicu wabah pasca banjir. Polanya tidak hanya terlihat di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara dengan karakteristik bencana serupa.
1. Leptospirosis
Menurut Dicky, leptospirosis menjadi ancaman pertama dan paling sering meningkat setelah banjir. Hal ini terjadi karena banjir membuat paparan manusia terhadap air kencing tikus atau hewan reservoir lainnya menjadi semakin luas. Kontaminasi ini mempermudah penularan bakteri Leptospira ke manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, yang paling sering dari data-data, bukan hanya di Indonesia, di dunia, setelah banjir atau longsor itu, leptospirosis sekarang itu yang tinggi potensi menjadi wabah," ucapnya.
2. Diare dan Penyakit Fekal-Oral Lain
Ancaman berikutnya adalah penyakit berbasis fekal-oral, terutama diare, yang hampir selalu meningkat pasca banjir.
Kondisi lingkungan yang tercemar, sumur dangkal yang terkontaminasi air banjir, serta sanitasi darurat yang buruk menjadi pemicu utamanya.
"Orang BAB atau kencing dimana saja. Kemudian fasilitas cuci tangan terbatas, juga adanya tempat pengungsian yang padat, itu yang memudahkan penularan fekal oral," tuturnya.
"Jadi, dari dia mungkin kurang bersih setelah buang air besar, dia langsung makan, nah inilah yang akhirnya menjadi pemicu. Dan di Indonesia, pola epidemiologisnya, setiap tahun pasca banjir, muncul peningkatan kasus diare. Dan umumnya, ini yang akhirnya memicu outbreak atau wabah yang cepat," lanjutnya lagi.
3. Demam Tifoid
Demam tifoid (tipes) juga kerap melonjak setelah banjir. Dicky menjelaskan, air banjir yang bercampur limbah dan kotoran mudah mencemari makanan maupun minuman, sehingga bakteri penyebab demam tifoid dapat menular lebih mudah.
"Kenapa ini terjadi? Karena makanan dan minuman mudah terkontaminasi oleh air banjir," ujar Dicky.
4. Demam Berdarah Dengue dan Malaria
Selain penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan, banjir juga dapat memicu peningkatan vektor penyakit, terutama nyamuk. Genangan air yang tersisa menjadi tempat berkembang biak ideal.
Dicky menyebut, risiko demam berdarah dengue (DBD) maupun malaria biasanya muncul lebih lambat dibandingkan penyakit sebelumnya.
"Ini biasanya terjadinya satu bulan pasca bencana, jadi agak lebih lama," katanya.











































