Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 Triliun

Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 Triliun

Renaldi Saputra - detikHealth
Kamis, 18 Des 2025 19:24 WIB
Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 Triliun
Foto: BPOM
Jakarta -

BPOM RI memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem kesehatan global melalui rangkaian kunjungan kerja strategis selama sepekan. Kunjungan tersebut dilakukan ke berbagai institusi pemerintah, akademisi, serta industri farmasi dan bioteknologi di Tiongkok.

Kunjungan yang dipimpin Kepala BPOM Prof. Taruna Ikrar ini bertujuan memperluas kolaborasi regulatori, mendorong inovasi vaksin, mengembangkan riset obat tradisional, serta mempercepat transfer teknologi di bidang terapi biologi dan pengembangan obat masa depan.

Dalam rangkaian agenda tersebut, Taruna bertemu langsung dengan Commissioner of the National Medical Products Administration (NMPA) Republik Rakyat Tiongkok, Li Li. Pertemuan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok, khususnya dalam penguatan regulatori produk kesehatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPOM dan NMPA membahas penguatan harmonisasi regulasi obat, vaksin, produk biologi, serta obat tradisional. Kedua pihak juga menjajaki pembentukan joint technical working group dan pengembangan confidentiality commitment sebagai langkah untuk memperluas kerja sama pertukaran data, peningkatan kapasitas pengawasan, serta pemanfaatan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (AI), dalam inspeksi, pelacakan, dan farmakovigilans.

"Kami berharap kerja sama ini dapat semakin mempercepat proses evaluasi produk kesehatan tanpa mengurangi standar keamanan, efikasi, dan mutunya," ujar Taruna, dalam keterangan tertulis, Kamis (18/12/2025).

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, kunjungan kerja strategis yang dilakukan selama sepekan tersebut dimulai pada Selasa (4/11/2025).

Lebih lanjut, Taruna menyampaikan komitmen untuk memperpanjang serta memperluas cakupan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara BPOM dan NMPA. Langkah ini diharapkan dapat perkuat kerja sama kedua lembaga agar memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat di kedua negara maupun kawasan Asia.

Dalam kunjungan ke Xiamen Innovax Biotech dan CanSino Biologics, Taruna bersama tim mengungkapkan rencana peningkatan kolaborasi dalam inovasi vaksin dan terapi biologi. Kunjungan tersebut menjadi bagian penting dari agenda BPOM untuk memperkuat kerja sama riset dan pengembangan vaksin.

BPOM juga mengapresiasi capaian Innovax dalam pengembangan vaksin hepatitis dan Human Papillomavirus (HPV), serta teknologi vaksin inhalasi dan terapi biologis yang dikembangkan oleh CanSino.

Taruna menegaskan komitmen BPOM terhadap penguatan regulatory science dan penerapan pendekatan reliance dalam evaluasi pra-pemasaran (pre-market). Pendekatan ini bertujuan memperluas akses masyarakat terhadap produk kesehatan, termasuk vaksin, yang telah terbukti aman dan efektif.

"Kami telah menerapkan pendekatan ini untuk mempercepat evaluasi produk yang jumlahnya mencapai lebih dari 70 produk biologi sejak 2017 lalu," jelasnya.

Dalam kunjungan ke China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co. Ltd., Taruna bersama tim meninjau fasilitas produksi terapi sel dan gen (advanced therapy medicinal products/ATMP). BPOM menilai teknologi yang dikembangkan CSPC dapat menjadi rujukan bagi Indonesia dalam memperkuat kerangka regulasi ATMP serta memperluas akses terhadap terapi inovatif untuk penanganan penyakit kronis, termasuk stroke.

Indonesia–Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 TriliunFoto: BPOM

BPOM juga menyambut rencana kerja sama pengembangan produk n-butylphthalide (NBP) yang akan masuk ke Indonesia melalui kolaborasi dengan industri farmasi nasional. NBP dalam bentuk tablet dan injeksi tersebut diindikasikan sebagai terapi bagi penderita stroke iskemik.

Selain itu, BPOM menilai kerja sama yang akan terjalin memiliki potensi ekonomi strategis dan dapat menjadi landasan pengembangan pusat riset bersama Indonesia-Tiongkok. Kolaborasi di bidang pengembangan obat tradisional dan bioteknologi dinilai dapat terus diperkuat dengan mengacu pada sinergi ABG (academic, business, and government) yang turut diperkenalkan Kepala BPOM kepada para pemangku kepentingan di Tiongkok. Sinergi ini diharapkan mampu mengarahkan proses penelitian, pengembangan, hingga hilirisasi produk secara lebih terstruktur dan berkelanjutan.

Dalam kehadirannya pada Health & Life Science Summit 2025 di Shanghai, Taruna kembali menegaskan pentingnya diplomasi kesehatan global serta kolaborasi lintas negara dalam menghadapi tantangan di sektor obat dan makanan. Ia menekankan perlunya integrasi inovasi, percepatan regulasi berbasis risiko, serta kerja sama pengembangan produk kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Dalam pertemuan dengan National Development and Reform Commission-International Cooperation Center (NDRC-ICC), Tiongkok menyatakan ketertarikan untuk memperluas riset bersama mengenai jamu Indonesia serta pertukaran teknologi dan standar regulasi. Pertemuan ini berdampak positif bagi transformasi regulasi ATMP dan terapi masa depan di Indonesia.

Kepala BPOM juga bertemu akademisi Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk menekankan pentingnya integrasi TCM dan Jamu Indonesia sebagai peluang strategis dalam pengembangan obat tradisional berbasis riset dan pasar global. Pembentukan TCM-Jamu Business Forum diusulkan sebagai wadah resmi kolaborasi pemerintah, industri, dan akademisi kedua negara.

Selain itu, dalam pertemuan dengan Shanghai Global Health Innovation Institute (GHII), delegasi Indonesia membuka peluang kerja sama pengembangan produk farmasi dan harmonisasi standar regulasi. Kerja sama ini menjadi salah satu capaian diplomasi kesehatan pada Shanghai Health & Life Science Summit 2025.


Di Universitas Xiamen dan Universitas Tsinghua, Kepala BPOM memberikan kuliah umum dan berdiskusi dengan akademisi mengenai pentingnya regulasi berbasis ilmu pengetahuan untuk mendukung ketahanan kesehatan global. BPOM mendorong perluasan kerja sama riset, pengembangan teknologi, dan pelatihan kapasitas untuk mendukung pengawasan terapi inovatif, termasuk vaksin generasi baru dan ATMP. Kepala BPOM juga memaparkan penguatan peran akademia dalam riset dan regulasi.

Rangkaian pertemuan di Tiongkok sejalan dengan agenda transformasi pengawasan BPOM, termasuk pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk deteksi dini risiko obat dan makanan. BPOM juga tengah menggarap integrasi data lintas negara serta percepatan evaluasi tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian berbasis data ilmiah.

Kunjungan kerja ini berpotensi mendorong percepatan investasi dan perdagangan global, sekaligus mendukung implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, yang menjadi Program Prioritas Presiden RI. Taruna mengungkapkan, potensi nilai ekonomi kerja sama Indonesia-Tiongkok yang terbuka dari kunjungan ini diproyeksikan mencapai Rp10 triliun dalam lima tahun ke depan.

"Nilai ini diperoleh dari proyeksi investasi, transfer teknologi, dan kolaborasi riset bersama. Kolaborasi dimaksud mencakup penyediaan vaksin, terapi berbasis sel dan gen, pengembangan industri farmasi, dan peningkatan kapasitas sektor kesehatan Indonesia," ujarnya.

Untuk memaksimalkan peran sebagai connector dan katalis antara inovasi, industri, dan kebijakan publik, BPOM perlu memastikan manfaat ekonomi dan kesehatan yang berkelanjutan dapat dirasakan Indonesia. Langkah strategis yang dilakukan antara lain mendorong percepatan proses evaluasi dan registrasi produk inovatif dari mitra Tiongkok yang memiliki nilai tambah bagi industri dan kesehatan masyarakat, serta memfasilitasi skema transfer teknologi melalui mekanisme regulatory reliance, scientific advice, dan koordinasi teknis lintas lembaga.

Selain itu, BPOM membangun jalur kolaborasi riset bersama (joint research) dalam pengembangan vaksin, ATMP, tanaman obat, dan teknologi kesehatan. BPOM juga memperkuat harmonisasi standar dan pengawasan untuk memastikan seluruh produk hasil kolaborasi memenuhi standar keamanan, efikasi, dan mutu sesuai regulasi nasional maupun internasional, sekaligus mendukung perluasan investasi industri farmasi dan bioteknologi melalui penyederhanaan proses regulatori tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.

Taruna menekankan peran strategis BPOM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui pengawasan obat, pangan, dan produk kesehatan, BPOM berkontribusi terhadap 30-40% perekonomian nasional.

"BPOM juga mendorong peningkatan kontribusi sektor kesehatan dan farmasi hingga 8% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2028-2029 melalui penguatan kolaborasi internasional, transfer teknologi, dan inovasi berbasis riset," jelasnya.

Melalui penguatan diplomasi kesehatan dan kemitraan strategis, BPOM terus berupaya memastikan masyarakat Indonesia memperoleh akses terhadap obat, vaksin, dan produk kesehatan inovatif yang memenuhi standar keamanan serta mutu internasional. Rangkaian kerja sama ini menegaskan komitmen BPOM membangun ekosistem kesehatan nasional yang maju, mandiri, dan berdaya saing global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

(akd/ega)

Berita Terkait