Imunisasi Rendah, Kemenkes: Ibu Gagal Vaksin Anak karena Terbentur Izin Suami

Imunisasi Rendah, Kemenkes: Ibu Gagal Vaksin Anak karena Terbentur Izin Suami

Averus Kautsar - detikHealth
Senin, 22 Des 2025 08:16 WIB
Imunisasi Rendah, Kemenkes: Ibu Gagal Vaksin Anak karena Terbentur Izin Suami
Imunisasi anak. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan adanya tren penurunan cakupan imunisasi di Indonesia pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Misalnya, menurut data capaian imunisasi bayi lengkap, cakupan tahun 2025 hingga tanggal 14 Desember baru mencapai 68,6 persen dari target prioritas 80 persen.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, capaian pada 2024 mencapai 87,7 persen. Menurut Direktur Imunisasi Kemenkes RI Indri Yogyaswari, ada banyak faktor mengapa cakupan tersebut menurun, salah satunya adalah keluarga yang enggan membawa anak mereka imunisasi.

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 berikut ini sederet alasan orang tua enggan membawa anak imunisasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  • Pihak keluarga tidak mengizinkan - 47 persen
  • Takut efek samping - 45 persen
  • Anak sakit - 23 persen
  • Lupa atau tidak tahu jadwal imunisasi - 23,4 persen
  • Imunisasi tidak penting - 22,8 persen
  • Isu agama - 12 persen
  • Tidak ada waktu - 11,2 persen

"Keluarga kita kan masih patriarki ya, kalau misalnya ada ibu yang sudah mendapatkan edukasi soal imunisasi, mereka terbuka pikirannya, cuma begitu ditanya, 'boleh nggak vaksin?', mereka jawab 'saya izin dulu sama suami saya ya'. Itu sering terpotong di situ," ungkap Indri pada acara temu media di Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).

ADVERTISEMENT

Banyak juga kasus ayah tidak mengizinkan anaknya diimunisasi karena percaya teori konspirasi. Misalnya, anak yang diimunisasi bisa mengidap autisme atau menjadi bodoh. Padahal kedua kondisi tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan imunisasi.

Beberapa persoalan lain yang memicu orang tua enggan membawa anak imunisasi adalah soal kepercayaan atau agama. Indri mengingatkan vaksin yang dibuat telah dikaji sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melindungi kesehatan anak.

Faktor lain yang memengaruhi adalah orang tua yang menganggap efektivitas vaksin kurang baik dan anak masih bisa sakit.

"Memang tergantung jenis vaksin, ada yang sekali seumur hidup, ada yang perlu di-booster baru ketemu level imun yang bagus. Itu perlu dijelaskan, karena banyak yang mengira sama rata," katanya.

Indri mengingatkan bahwa imunisasi adalah hak untuk anak-anak. Imunisasi yang diberikan dapat memberikan perlindungan dari berbagai masalah kesehatan yang berbahaya.

"Mereka akan rentan terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan risikonya akan tertransmisi ke orang-orang di sekitarnya," tandas Indri.

Saksikan Live DetikPagi :

Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Berita Terkait