Ilmuwan Khawatir Banyak Gen Z Ketergantungan Curhat Sama AI, Ini Dampaknya

Ilmuwan Khawatir Banyak Gen Z Ketergantungan Curhat Sama AI, Ini Dampaknya

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 24 Des 2025 05:15 WIB
Ilmuwan Khawatir Banyak Gen Z Ketergantungan Curhat Sama AI, Ini Dampaknya
Ilustrasi. (Foto: Patrick Pleul/dpa/picture alliance via Getty Images)
Jakarta -

Kebergantungan anak muda dengan chatbot artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT telah membuat ahli khawatir. Tak hanya untuk mencari informasi, kini banyak anak muda menjadikan chatbot sumber dukungan emosional.

Peneliti dari University College London mengingatkan ini membuat generasi muda berisiko lebih sulit membentuk ikatan emosional jangka panjang, berdasarkan riset baru yang mereka keluarkan.

Chatbot kini juga banyak digunakan sebagai tempat terapi dan pendampingan. Ini menjadi tanda peringatan 'epidemi kesepian', yang mulai muncul di kalangan manusia modern.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berbeda dengan interaksi manusia nyata, chatbot menawarkan ketersediaan dan kesabaran tanpa batas, serta kecil kemungkinannya menghadirkan sudut pandang tandingan yang menantang," kata peneliti yang tertulis dalam British Medical Journal, dikutip dari Daily Mail, Selasa (23/12/2025).

"Kemungkinan yang mengkhawatirkan adalah kita sedang menyaksikan sebuah generasi yang belajar membentuk ikatan emosional dengan entitas yang meski responsnya tampak sadar, itu tidak memiliki empati, kepedulian, dan kepekaan relasional seperti manusia," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Para peneliti melakukan meta-analisis terhadap berbagai studi tentang penggunaan AI untuk mengidentifikasi kekhawatiran terkait potensi dampak psikologis dan sosial.

Salah satu studi dari OpenAI yang melibatkan 980 pengguna ChatGPT menemukan, mereka yang menghabiskan waktu paling lama menggunakan chatbot dalam sebulan mengalami tingkat kesepian yang lebih tinggi. Mereka juga cenderung lebih jarang bersosialisasi dengan orang lain.

Mereka yang menyatakan rasa percaya pada chatbot juga memiliki tanda-tanda kesepian dan ketergantungan emosional yang lebih menonjol.

Studi lain yang diterbitkan oleh Common Sense Media menemukan satu dari 10 anak muda menilai percakapan dengan AI lebih memuaskan dibandingkan interaksi dengan manusia. Sementara itu, satu dari tiga orang mengatakan akan memilih pendamping AI ketimbang manusia dalam percakapan serius.

Ketergantungan AI

"Hal ini sebaiknya diikuti dengan pertanyaan yang lebih terarah untuk menilai pola penggunaan kompulsif dan ketergantungan, keterikatan emosional, seperti menyebut chatbot AI sebagai teman, serta kecenderungan menyerahkan keputusan besar kepada chatbot," tulis peneliti menyinggung soal pentingnya penelitian lanjutan.

Tanda bahaya dapat mencakup keyakinan seseorang bahwa ia memiliki 'hubungan istimewa' dengan chatbot, yang mendorong perilaku tersebut atau menyebabkan isolasi sosial yang semakin meningkat. Ketergantungan pada AI juga diketahui telah berkontribusi pada kematian sejumlah anak muda.

Pada Februari lalu, seorang remaja berusia 14 tahun di Florida, Amerika Serikat bernama Sewell Setze yang mengakhiri hidupnya setelah menjalin hubungan dengan chatbot yang dapat dikustomisasi untuk role-playing, menurut keterangan ibunya.

Keluarganya akhirnya mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan Character AI, dengan tuduhan bahwa chatbot tersebut mendorong tindakan melukai diri sendiri dan akhirnya bunuh diri.

Halaman 2 dari 2
(avk/kna)

Berita Terkait