Merawat penyakit pasien sampai sembuh membutuhkan kesabaran dari sang dokter. Apalagi jika sakitnya tidak sembuh-sembuh, terkadang pasien menjadi kehilangan optimismenya. Menurut dr Eddy, selain membantu menyembuhkan, dokter juga memiliki tugas menjaga optimisme pasien.
"Tantangan paling besar adalah mengobati dan memberi semangat untuk kasus-kasus yang memang sulit diobati karena merupakan penyakit bawaan," tutur alumnus Fakultas Kedokteran UI ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi dokter adalah keinginan Eddy kecil sejak SMP. Tahun-tahun berlalu, keinginan itu pun semakin membuncah. Namun tertarik pada kasus kulit dan kelamin baru muncul saat ia menjalani pendidikan kedokteran.
"Bagian kulit dengan aneka kasus kulit yang sebagian tidak terbayangkan sebelumnya sangat menarik. Selain itu selama mahasiswa saya melihat bagian kulit sangat teratur dalam pendidikan," terangnya.
Menurut dr Eddy, mahasiswa yang mengambil bagian kulit dan kelamin tidak terlalu lelah secara fisik dan mental, sebab tanpa jaga malam seperti sebagian besar yang lain. "(Kegiatan) sangat rapat tanpa tidur membuat saya dulu sering harus berjuang antara konsentrasi dan melayang ha ha. Beberapa kali ketiduran karena terlalu lelah dan dihukum karena tertidur," kenang dr Eddy.
Hal-hal itu semakin membuat dr tertarik masalah kulit. Bahkan ketika dia bertugas di daerah, dirinya lebih memberi perhatian ke masalah kulit. Alhasil pasien di daerah kerap datang padanya jika mereka memiliki masalah kulit.
"Selanjutnya semua seperti sudah dibantu oleh Yang Di Atas. Selesai menjalankan tugas di daerah, saya langsung melanjutkan pendidikan spesialis kulit tanpa hambatan yang berarti. Tidak ada keluarga yang dokter, kebetulan," kisah dr Eddy.
Selama menjadi spesialis kulit dan kelamin, dr Eddy menjumpai banyak sekali kasus kulit dan kelamin. Infeksi, bawaan atau turunan, radang, autoimun, aging dan degenerative dialami para pasien yang datang kepadanya.
"Masalah kulit dapat sangat mengganggu kualitas hidup, mulai dari penampilan sampai rasa tidak nyaman seperti gatal, sakit, dan lain-lain. Untuk gangguan kulit yang beraneka ini, pasien yang datang bisa laki-laki atau perempuan," terang dr Eddy.
Untuk kasus degenerative, aging dan kosmetik estetik, pasien yang datang ke dr Eddy lebih banyak kaum wanita. Nah, sedangkan untuk masalah kelamin masih didominasi pasien pria.
"Ada kecenderungan laki-laki yang terkena masalah kelamin agak enggan ke dokter wanita. Wanita dengan masalah kelamin lebih sedikit. Pengobatan masalah kelamin kadang harus melibatkan pasangannya, itu sebabnya beberapa kemudian dapat datang dengan pasangan," bebernya.
Karakteristik pasien, menurut dr Eddy sangatlah berbeda. Misalnya untuk pasien di Jakarta umumnya sudah sangat melek media. Sehingga mereka sudah cukup aware dengan masalah kulit dan perawatannya.
Akses informasi yang mudah membuat pasien sudah mempelajari kasusnya. "Sering kali kemudian saya malah berdiskusi tentang pengobatan yang terbaik kasus per kasus yang paling sesesuai untuk mereka setelah mereka juga tahu banyak dengan pilihan pengobatan yang ada," jelasnya.
Sedangkan untuk pasien di daerah memang lain cerita. Di daerah yang cukup jauh dari paparan informasi dan teknologi, masih banyak yang melakukan perawatan dan pengobatan berdasarkan kebiasaan dan kepercayaan turun temurun. Padahal sebagian masih merupakan mitos dan salah.
"Kondisi ini malah kadang membuat suatu kondisi penyakit semakin parah," pungkas dr Eddy.
Biodata:
Nama: dr Eddy Karta, SpKK
Pendidikan: Kedokteran umum fakultas kedokteran UI
Spesialis kesehatan kulit dan kelamin FKUI
PhD University of Melbourne (saat ini)
Pekerjaan: saat ini masih tercatat sebagai staf pengajar Universitas Indonesia
Tanggal lahir: 25 Juni
(vit/up)











































