Tri Kusumo Bawono. Namanya menjadi viral setelah berbicara dalam sosialisasi tentang kesehatan reproduksi di Pasar Kembang (Sarkem), yang dikenal sebagai kawasan 'lampu merah' di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
"Waktu itu saya bicara santai, nggak tahunya sama rekan-rekan PSK gaya bicara saya dianggap lucu, terus habis itu saya dikerumuni sama mereka," kata dr Tri mengawali ceritanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pengamatannya, pendekatan yang diberikan tak boleh biasa saja karena ia harus membangun kepercayaan dengan tokoh masyarakat yang ada di sana. "Tiap kali visit gitu saya sowan (bertamu dan mohon izin, red) dulu ke tokohnya," tuturnya kepada detikHealth saat ditemui di Puskesmas Gedongtengen, Yogyakarta, Jumat (28/10/2016).
Memang pada awalnya, dr Tri dan timnya mendapatkan penolakan. Tetapi karena membawa iktikad baik, lama-lama mereka pun mau terbuka kepadanya. Apalagi segala sesuatu ia lakukan sendiri, termasuk mengambil sampel darah.
Ia juga yang memberikan edukasi kepada para PSK terkait berbagai penyakit menular seksual, termasuk penggunaan kondom atau pengaman yang benar. "Habis itu saya bagikan nomor. Kalau ada masalah tinggal telepon atau waktu itu kan BBM ya, ternyata kan banyak yang malu tanya langsung," lanjutnya.
Kepedulian ini ia tunjukkan dengan menjawab setiap panggilan, SMS ataupun BBM dari PSK, penyandang HIV, pengidap IMS, kapanpun dan di manapun. "Dulu awalnya istri ya kaget, tetapi sekarang sudah terbiasa," ungkap dr Tri.
Bahkan menurut dr Tri, kepedulian seperti ini dirasa penting mengingat ia beberapa kali menemukan pasien IMS dan HIV yang malu mengutarakan kondisinya hingga mengalami gangguan mental dan bunuh diri. Padahal baginya, jika ada yang memperhatikan seperti ini, mereka mau mendapatkan penanganan dan bisa disembuhkan.
Kepedulian juga ditunjukkan bapak tiga anak ini pada pengguna narkoba. Ia sering dimintai bantuan oleh kepolisian untuk melakukan pemeriksaan pada pengguna narkoba, karena kebanyakan dari mereka biasanya juga pengidap HIV.
Apalagi jika sampai ditahan. Agar kondisi mereka bisa dipulihkan, ia dan timnya berinisiatif mengantarkan obat antiretroviral dan memberikan terapi methadone kepada penghuni lapas.
Foto: Rahma Lillahi Sativa/detikHealth |
Baca juga: Sejak Tahun 97, dr Aisyah Bantu Ribuan Pecandu Bebas dari Jeratan Narkoba
Tak pelak pria berusia 44 tahun ini jadi aktif keluar masuk kantor polisi, lapas/bapas termasuk tempat hiburan malam. Bak seorang salesman, ia menawarkan untuk memberikan pemeriksaan reproduksi dan tes HIV secara cuma-cuma ke tempat-tempat hiburan malam.
Tak jarang ia mendapatkan godaan. "Biasanya mereka kan pakai rok pendek atau bajunya terbuka, itu saya bercandain 'mbok ditutup mbak, saya kan jadi nggak konsen' mereka semua ketawa tapi malah jadi santai," katanya lagi.
Dokter ini pun mengaku jadi punya kelebihan lain, yaitu memahami kosakata yang sering dipergunakan para waria. "Jadi kalo lagi pelatihan nasional gitu saya suka ditanya sama temen-temen, ini artinya apa gitu saya tahu semua," ujarnya sambil tertawa.
Tetapi dari situ para PSK, pengidap HIV maupun IMS yang ingin berkonsultasi menjadi nyaman kepadanya. Sang dokter seolah menjadi tempat curahan hati mereka, yang rata-rata bertanya soal kesehatan reproduksi mereka. "Kalau spermanya diminum itu aman nggak sih dok atau kok pelanggan saya spermanya ada darahnya ya, itu gimana ya," tuturnya, mengulang pertanyaan yang pernah disampaikan padanya.
Puskesmas yang dipimpinnya sejak 2009 itu pun praktis menjadi rujukan para PSK dan penyandang HIV di penjuru DIY karena layanannya yang ramah pada ODHA. "Kami buatkan jalur khusus namanya One Stop Service. Tapi mereka tidak dibedakan, sama seperti yang lain, sehingga pasien kami tidak dari kota saja tetapi juga kabupaten lain," papar dr Tri.
Tak hanya itu, Puskesmas Gedongtengen juga mendorong agar pelaku bisnis hiburan malam di wilayah kerjanya untuk selalu menggunakan kondom dan melakukan pemeriksaan rutin lewat program LKB Plus. Hal ini dilakukan untuk menekan kasus HIV maupun IMS yang bisa saja muncul.
Karena suka bergaul, ia juga sukses merangkul berbagai LSM yang bersinggungan langsung dengan PSK maupun waria di Yogyakarta untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS.
dr Tri adalah salah satu sosok pemuda Indonesia yang peduli pada kesehatan masyarakat. Apalagi memang tidak mudah untuk benar-benar memusnahkan HIV-AIDS dari muka bumi ini. Selalu ada tantangan dalam setiap perjuangan, tapi bukan berarti menjadi alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Semangat Pak Dokter!
Baca juga: Tak Pandang Bulu, Puskesmas Menteng Juga Layani Pecandu Narkoba
Biodata
Nama: dr Tri Kusumo Bawono, SE
TTL: Yogyakarta, 6 Juli 1972
Praktik: Apotek K24 Gadjah Mada Yogyakarta
Pendidikan: S1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (lulus 1998)
S1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (lulus 2003)
Alamat: Pakualaman, Yogyakarta (lll/vit)












































Foto: Rahma Lillahi Sativa/detikHealth