Foto: Jenis Pekerjaan yang Belum 'Merdeka' dari Risiko Rematik
Erika Kurnia - detikHealth
Kamis, 17 Agu 2017 09:19 WIB
Jakarta -
Jenis pekerjaan tertentu punya risiko lebih tinggi untuk terserang radang sendi. Polusi lingkungan disebutkan sebagai salah satu pencetusnya.
Dikutip dari Reuters, Rabu (16/8/2017), laki-laki yang bekerja sebagai tukang batu, pekerja beton, dan tukang listrik memiliki dua kali risiko mengidap penyakot rheumatoid arthritis daripada pekerjaan lainnya.
"Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan bahwa pekerjaan di sektor manufaktur terkait dengan peningkatan risiko rheumatoid arthritis," kata penulis utama studi, Anna Ilar, dari Institut Karolinska, Swedia. (Foto: Thinkstock)
Sementara pada pekerja perempuan, profesi sebagai perawat membawa risiko 30 persen lebih tinggi daripada profesi lainnya.
Penelitian tersebut tidak menemukan peningkatan risiko rheumatoid arthritis bagi wanita yang bekerja di sektor manufaktur, namun mungkin saja di penelitian sebekimnya hanya da sedikit perempuan dalam pekerjaan ini yang dianalisis dengan benar, kata periset. (Foto: Thinkstock)
Peneliti membandingkan risiko rheumatoid arthritis yang meningkat dalam pekerjaan manufaktur terhadap risiko yang terkait dengan pekerjaan profesional, administratif, dan teknis yang cenderung aktif di meja kerja daripada kerja secara manual.
Dibandingkan dengan pria pekerja kantoran, tukang listrik memiliki dua kali risiko rheumatoid arthritis dan tukang batu dan pekerja beton memiliki kira-kira tiga kali lipatnya. (Foto: Thinkstock)
Pekerjaan yang membuat pekerja tidak cukup tidur dan melakukan tugas berulang terus-menerus dapat menyebabkan stres. Ini pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. (Foto: Thinkstock)
Racun yang dihirup seperti silika, asbes, pelarut organik, dan kandungan asap knalpot motor juga kemungkinan berkontribusi pada rheumatoid arthritis, namun penelitian tersebut tidak menganalisis polutan mana yang menyebabkan kondisi tersebut.
Perubahan paru-paru yang disebabkan oleh polusi udara dapat memicu respons kekebalan yang mengarah pada rheumatoid arthritis, terutama pada orang yang memiliki genetik berisiko. (Foto: Thinkstock)