Uganda - Virus Ebola kembali merebak di wilayah Afrika Timur. Uganda menjadi negara yang menerapkan lockdown untuk membendung penyebaran virus mematikan itu.
Foto Health
Uganda Lockdown Akibat Ebola 'Ngegas' Lagi

Seorang dokter mengenakan peralatan pelindung saat ia bersiap untuk mengunjungi seorang pasien Ebola di bagian isolasi Rumah Sakit Rujukan Regional Entebbe di Entebbe, Uganda, Kamis (20/10/2022). Â
Untuk menghentikan penyebaran wabah Ebola, Presiden Uganda Yoweri Museveni telah memerintahkan untuk menerapkan lockdown atau karantina di dua distrik di wilayah tengah, tempat pusat wabah Ebola mematikan itu menyebar. Â
Museveni mengatakan bahwa karantina ini merupakan "tindakan ekstra" yang diperlukan untuk membendung penyebaran virus mematikan itu. Â
Pembatasan jalur lalu lintas dan pergerakan keluar masuk warga dari distrik Mubende dan Kasanda mulai diberlakukan pada 16 Oktober dan rencananya akan diterapkan selama 21 hari mendatang. Â
Dilaporkan sejauh ini, ada sekitar 19 kasus kematian dan 54 orang terinfeksi dalam waktu kurang dari sebulan.
Di Mubende pada hari Senin (17/10), lockdown sudah mulai diberlakukan, di mana hanya terlihat pengendara sepeda motor di jalan yang tengah membawa muatan kargo.
Baru-baru ini, negara-negara tetangga Uganda seperti Kenya, Tanzania, dan Rwanda, secara bertahap tengah mengintensifkan pengawasan di sepanjang jalur perbatasan mereka dengan Uganda untuk mencegah penyebaran virus Ebola masuk ke negaranya.
Wabah ini adalah yang kelima bagi Uganda sejak tahun 2000 silam, ketika virus Ebola telah menewaskan sekitar 200 korban jiwa. Para ilmuwan berpendapat bahwa jenis virus Ebola Sudan yang kini mewabah di Uganda, penyebarannya relatif lambat.
Namun, penilaian WHO menunjukkan adanya risiko tinggi penyebaran virus Ebola di luar Uganda, karena masih adanya pergerakan lalu lintas di perbatasan yang cukup teratur.
Pekan lalu, Kepala WHO Tedros mengatakan kepada wartawan bahwa beberapa vaksin Ebola masih dalam tahap pengembangan. Dia mengatakan bahwa uji klinis yang melibatkan dua kali pengujian itu dapat mulai dilakukan di Uganda dalam beberapa minggu mendatang, karena masih menunggu persetujuan pemerintah setempat.