Jakarta - Polusi udara tinggi di wilayah DKI Jakarta tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk tetap berolahraga di tengah polusi udara tinggi. Begini potretnya.
Foto Health
Berolahraga di Tengah Polusi Udara Ibu Kota
Beberapa waktu terakhir, kualitas udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya tengah menjadi sorotan. Polusi udara yang sedang tinggi dinilai dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Namun tampaknya hal tersebut tak menyurutkan semangat warga Jakarta untuk terus berolahraga. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
Dari pemantauan detikcom di wilayah Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), masyarakat masih bersemangat berolahraga di tengah polusi udara. Bahkan tak sedikit orang yang turut serta mengajak keluarga dan anak-anak. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
Area SUGBK dan car free day (CFD) memang masih menjadi sarana olahraga murah favorit masyarakat. Selain berolahraga, banyak warga memanfaatkan CFD juga sebagai tempat untuk beraktivitas bersama keluarga. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
Berkaitan dengan kondisi yang tengah terjadi, Suyanto (61) mengaku sebenarnya khawatir terhadap situasi polusi udara yang semakin parah. Terlebih pada usianya yang sudah tidak muda lagi. Hal itu juga membuatnya lebih rentan terhadap polusi. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
"Ya kalau saya, namanya umur saya sudah 61 tahun, ya kan harus hati-hati sekali, terutama kalau di jalan raya harus pakai masker juga. Saya milih daerah sini (SUGBK) karena lebih banyak pohon. Jadi polusinya nggak gitu kerasa, lebih ada penangkalnya," ucap Suyanto kepada detikcom. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
Senada dengan Suyanto, Bona (25), warga Jakarta Selatan yang rutin melakukan program olahraga berlari, mengaku khawatir terhadap masalah polusi yang tengah terjadi. Bahkan ia mengaku beberapa waktu terakhir mulai mengalami masalah kesehatan, seperti tenggorokan kering dan hidung berair karena polusi. (Averus Al Kautsar/detikHealth)
"Ini olahraga aku paksain terus. Aku kebetulan juga ada program lari. Walaupun polusi, aku harus tetap harus jalani. Takutnya ototku terlalu rileks juga nggak bagus. Cuma memang kalau sebelumnya lari 15 km aku kurangi jaraknya. Soalnya, engap juga sekarang gara-gara polusi," ucap Bona. (Averus Al Kautsar/detikHealth)











































