Jepang - Festival 'Pria Telanjang' yang telah berlangsung ribuan tahun di Jepang terpaksa berakhir. Hal ini buntut krisis populasi yang terjadi di negara tersebut.
Foto Health
Jepang Krisis Populasi, Festival 'Pria Telanjang' Terpaksa Ditutup
Di tengah suhu musim dingin yang sangat dingin dan tidak mengenakan apa pun selain cawat putih, banyak pria bergulat satu sama lain dalam upaya untuk mendapatkan jimat selama festival Somin-sai yang lebih dikenal sebagai 'festival pria telanjang' di Jepang. (The Asahi Shimbun/Getty Images)
Namun acara tersebut, yang dikatakan telah berlangsung selama lebih dari 1.000 tahun di Kuil Kokusekiji, diadakan untuk terakhir kalinya. Hal ini buntut krisis populasi yang terjadi di negara tersebut. (Trevor Williams/Getty Images)
Populasi Jepang terus mengalami penurunan dengan tingkat kesuburan sebesar 1,3. Angka ini jauh di bawah tingkat 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil. (The Asahi Shimbun/Getty Images)
Angka kematian juga melebihi jumlah kelahiran di Jepang selama lebih dari satu dekade, sehingga menimbulkan masalah yang semakin besar bagi para pemimpin negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia. (The Asahi Shimbun/Getty Images)
Mereka kini menghadapi meningkatnya populasi lansia dan menyusutnya angkatan kerja, sehingga mereka menghadapi tantangan untuk mendanai dana pensiun dan layanan kesehatan seiring meningkatnya permintaan dari populasi lansia. (Trevor Williams/Getty Images)
Festival Somin-sai adalah salah satu dari tiga festival besar "pria telanjang" atau Hadaka Matsuri yang diadakan di negara ini. (Takahiro Yoshida/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)
Acara ini diadakan setiap tahun pada hari ketujuh Tahun Baru Imlek di Kuil Kokusekiji di prefektur timur laut Iwate. (Buddhika Weerasinghe/Getty Images)
Detail ritual dari masing-masing tiga Hadaka Matsuri berbeda-beda di seluruh negeri, namun memiliki semangat yang sama: ini adalah perayaan panen yang melimpah, kemakmuran, kesehatan yang baik, dan kesuburan. (Buddhika Weerasinghe/Getty Images)
Acara ini dikenal dengan sebutan festival telanjang karena peserta laki-laki hanya mengenakan cawat Jepang yang disebut "fundoshi" dan sepasang kaus kaki putih yang disebut "tabi". (Trevor Williams/Getty Images)
Mereka kemudian berdoa di kuil untuk kesehatan dan panen yang baik sebelum malamnya diakhiri dengan perebutan sekantong jimat kayu yang diberkati oleh pendeta kepala. (Nicolas Datiche/LightRocket via Getty Images)











































