Gaza - Sejumlah pasien ginjal berjuang untuk mendapatkan cuci darah di tengah runtuhnya layanan kesehatan di Gaza. Begini potretnya.
Foto Health
Potret Pasien Palestina Jalani Cuci Darah di Reruntuhan RS Al Shifa
Salah seorang pasien melakukan perjalanan melalui jalan-jalan kota Gaza yang hancur menuju rumah sakit Al-Shifa untuk menerima perawatan dialisis, Rabu (5/6/2024).
Wanita pengungsi Palestina berusia 80 tahun, yang menderita gagal ginjal selama sembilan tahun, mengatakan bahwa dia menderita karena kurangnya perawatan medis dalam beberapa bulan terakhir, akibat perang yang telah menghancurkan Gaza.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober ketika pejuang Palestina yang dipimpin Hamas membunuh lebih dari 1.200 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel. Delapan bulan kemudian, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 orang, menurut pejabat kesehatan.
Menurut seorang dokter di Departemen Nefrologi Al-Shifa, rumah sakit tersebut telah hancur, dengan hanya sekitar 10 mesin dialisis yang masih berfungsi, sebagai akibat dari serangan Israel di daerah kantong tersebut.
Hamas dan sekutunya telah lama berpendapat bahwa Israel mempunyai tujuan untuk menghancurkan sistem kesehatannya, sebuah tuduhan yang dibantah oleh militer Israel.
Sepanjang perang, tentara Israel telah merilis apa yang disebutnya sebagai bukti bahwa Hamas menggunakan fasilitas medis secara militer, termasuk senjata yang menurut mereka disita di rumah sakit, video interogasi terhadap direktur rumah sakit yang ditahan, dan sebuah terowongan di dekat rumah sakit Al Shifa yang dikuasai Israel. Militer Israel mengatakan itu adalah pos komando pejuang Hamas. Hamas membantah klaim tersebut.











































