Penelitian menunjukkan bahwa pria tiga kali lebih besar kemungkinannya terserang kanker ini ketimbang wanita. Sayangnya, pria lebih enggan mencari bantuan medis apabila menemui hal yang aneh atau gejala-gejala yang berkaitan dengan kanker ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa pria memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar daripada wanita untuk terkena kanker esofagus.
Masalah yang sering muncul dengan kanker ini disebabkan karena tidak ada gejala penyakitnya yang bisa dibilang mencolok. Ada beberapa gejala utama seperti mulas, kenaikan asam lambung ke tenggorokan dan gangguan pencernaan dapat dihentikan dengan meminum obat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim Underwood, seorang ahli bedah esofagus di University of Southampton, Inggris mengatakan bahwa di satu sisi kasus kanker esofagus meningkat, kasus kanker usus dan kanker perut kini telah mencapai angka yang jatuh atau malah anjlok.
Seperti dilansir Daily Mirror, Jumat (25/7/2013), kebanyakan ahli berpikir bahwa obesitas merupakan salah satu faktor utama peningkatan kanker esofagus. Namun faktor risiko lain seperti kebiasaan merokok dan kenaikan asam lambung selama jangka panjang juga bisa memicu.
Rasa mulas dan kenaikan asam lambung adalah tanda-tanda kuncinya. Obesitas, banyak makan daging dan makanan modern yang akrab dengan junk food bisa juga memicu kenaikan jumlah kasus ini, tapi para ilmuwan masih belum begitu yakin akan pengaruhnya.
Ada lebih dari 5.600 orang setiap tahun yang didiagnosis menderita kanker esofagus. Artinya, ada 15 kasus baru pada setiap 100.000 pria, dibandingkan dengan hanya 5% pada setiap 100.000 wanita. Kanker esofagus pada pria meningkat 2 kali lipat selama 15 tahun terakhir.
Cancer Research UK mengatakan bahwa diagnosis dini adalah kunci untuk meningkatkan kesempatan bertahan hidup. Mereka menyerukan pasien untuk mengunjungi dokter mereka jika merasa kesulitan saat menelan makanan, merasa makanan terjebak waktu ditelan atau mengalami mulas selama 3 minggu atau lebih.
Universitas Cambridge di Inggris kini bisa dikatakan sebagai pemimpin dalam diagnosis kanker esofagus. Para peneliti di sana menciptakan metode cytosponge atau spons yang dipasang pada string, di mana spons ditelan oleh pasien lalu ditarik keluar dan dikirim ke laboratorium untuk dicari tanda-tanda kanker.
(pah/vit)











































