"Dari hasil penelitian ditemukan 91 persen anak bermata juling akan mengalami rabun jauh saat berusia 20 tahun," kata ketua penelitian Dr Brian Mohney dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/4/2010).
Rabun jauh ini juga dialami anak bermata juling yang sudah melakukan pembedahan untuk membetulkan koordinasi matanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Exotropia berselang merupakan salah satu bentuk dari strabismus (mata juling), yaitu kelainan pada kedua bola mata yang tidak bisa fokus pada objek yang sama.
Di negara-negara barat bentuk yang paling umum adalah esotropia strabismus (bola mata berbalik ke dalam) yaitu sekitar 1 persen dari anak-anak yang mengalami extropia berselang.
Namun, gangguan exotropia dua kali lebih umum terjadi pada anak-anak di Asia yang kemungkinan menjadi bentuk paling umum dari strabismus di seluruh dunia.
Satu-satunya cara untuk mengobati mata juling adalah melalui operasi atau menggunakan kacamata khusus.
Tapi ternyata operasi ini tetap membuat si anak mengalami rabun jauh.
Mata juling merupakan salah satu bentuk kelainan mata yang dalam bahasa kedokteran disebut dengan Strabismus atau squint. Kelainan mata ini biasanya merupakan salah satu penyakit yang diwariskan (turunan), tapi sampai saat ini penyebab pastinya belum dapat diketahui.
Mata juling bisa terjadi karena faktor bawaan (congenital) sejak bayi lahir atau selama 6 bulan sampai usia 2,5 tahun pertama.
Tapi tidak semua orang yang menderita mata juling langsung terlihat, ada yang tersembunyi (phoria) dan baru akan terlihat saat orang tersebut lelah atau sakit.
Ada juga yang memang sudah terlihat (tropia) meskipun orang tersebut dalam keadaan baik-baik saja. Untuk penderita tropia, ada empat macam penyimpangan mata yaitu, esotropia (mata menyimpang ke dalam), exotropia (mata menyimpang ke luar), hyperropia (mata menyimpang ke atas) dan hypotropia (mata menyimpang ke bawah).
(ver/ir)











































