Interaksi yang terjadi antara lain berpelukan, tertawa, sedih atau bahkan menangis bersamaan. Tentunya interaksi tersebut akan menghasilkan hubungan yang lebih erat antara orangtua dengan anaknya.
Selain interaksi, bercerita kepada anak juga dapat digunakan sebagai alternatif hiburan yang tidak merepotkan. Anda dapat melakukan aktivitas tersebut di dalam rumah, tanpa harus letih menerjang hujan yang melanda akhir-akhir ini. Bercerita juga merupakan aktivitas bersama yang hemat. Untuk apa pergi menonton film ke bioskop jika Anda dapat menghadirkan fantasi di rumah Anda sendiri?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ceritakan kisah yang Anda nikmati
Jika Anda membaca cerita yang membosankan dan kurang menarik, tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap antusiasme anak mendengarkan cerita Anda. Pilihlah cerita yang Anda sukai ketika kecil, atau bisa juga ceritakan kisah yang didasari oleh pengalaman pribadi Anda.
"Cerita Anda akan menjadi tidak menarik jika Anda sendiri tidka menikmati ceritanya. Hal itu tentu saja terlihat dari ekspresi dan wajah Anda, yang tentunya akan membuat buah hati Anda kecewa," ujar Sophie Snell, salah satu nominator British Award for Storytekking Excellence in 2013.
2. Buatlah dunia sendiri
Terkadang hanya membaca cerita dari buku bisa membuat Anda kehilangan gairah untuk bercerita. Pasalnya, cerita dengan kisah dan karakter yang itu-itu saja tentunya dapat membuat bosan Anda dan si kecil. Cobalah untuk menaruh buku dan bebaskan imajinasi Anda.
"Dunia fantasi tersebut hanya akan menjadi milik Anda dan anak Anda. Kisah, petualangan dan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut akan selalu diingat anak bahkan ketika ia sudah dewasa. Sebabnya, tidak akan ada lagi dunia yang sama di tempat lain," tutur Marion Leeper, seorang pencerita kawakan yang sudah malang melintang di dunia storytelling selama bertahun-tahun.
3. Libatkan anak secara aktif
Jika anak terlibat secara aktif, hal tersebut akan memabantunya melatih otak kanan yang berhubungan dengan imajinasi dan kreativitas. Tanyakan kepada anak tema apa yang sedang dia ingin dengarkan, atau minimal minta anak Anda untuk menamai karakter dan tokoh yang terdapat dalam cerita Anda.
"Anak-anak sangat senang ketika dilibatkan. Anda juga dapat memasukkan anak Anda ke dalam cerita sebagai salah satu tokoh pendukung di cerita tersebut," ujar Colin Ferry, aktivis storytelling di Irlandia.
4. Bebaskan diri Anda
Memang sekarang kita hidup dalam masyarakat yang terlalu cepat membuat penilaian. Karena itu, tanpa sadar kita terprogram untuk menjadi kaku dan susah mengekspresikan diri. Nah, bercerita kepada anak adalah salah satu kesempatan terbaik yang bisa membuat Anda mengekspresikan diri secara utuh.
"Jangan takut untuk tampak bodoh. Ingat, Anda sedang bercerita kepada anak Anda sendiri, dan bagi mereka Anda adalah pahlawan. Tidak ada ruginya bertingkah sedikit konyol demi membuat anak Anda tertawa," ujar Dr Nicola Grove, spesialis bahasa dan percakapan pada anak dengan kesulitan berkomunikasi.
5. Bercerita tidak hanya sebelum tidur
Biasanya anak meminta Anda bercerita sebelum tidur, dengan alasan cerita Anda dapat membuatnya bermimpi indah dan tertidur lelap. Namun ada baiknya juga jika Anda bercerita di waktu lain. Di dalam mobil, sembari makan siang atau di halaman rumah pada sore hari.
"Ceritaku kebanyakan berisi petualangan yang mengharuskanku untuk melompat dan memeragakan gerakan-gerakan tertentu. Hal itu tentunya tidak dapat dilakukan ketika mereka sudah akan tidur," tutur Eden Ballatyne, seorang aktivis storytelling yang juga telah menelurkan beberapa buku.
(vit/vit)











































