Tak hanya itu, para peneliti juga mengungkapkan bahwa menjadi ayah di usia yang lebih tua juga membuat anaknya lebih berisiko untuk mengalami gangguan seperti autisme atau skizofrenia. Sebab tak bisa dipungkiri bahwa seiring pertambahan usia seorang pria, maka kualitas spermanya juga turut mengalami penurunan.
Untuk membuktikannya, peneliti memeriksa DNA dari 78 orang tua dan anak-anak di Islandia. Mereka menemukan adanya korelasi langsung antara usia ayah dan jumlah mutasi terkait dengan autisme dan skizofrenia dalam DNA anak. Sementara itu, usia ibu ditemukan tidak mempengaruhi risiko tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Daily Mail, Senin (24/2/2014), Prof Andrew Wilkie, ahli genetika klinis di University of Oxford, menambahkan laporan Dr Stefansson. Ia menyebutkan adanya hubungan antara usia ayah yang lebih tua dan sindrom Apert. Sindrom ini sendiri merupakan gangguan tulang langka yang dapat mengakibatkan kepala memanjang pada anak. "Ini hal penting yang perlu ditanyakan, sebab dengan meningkatnya usia reproduksi, efek yang berkaitan cenderung meningkat juga," ungkapnya.
Faktanya, tidak seperti wanita yang dilahirkan dengan satu set lengkap sel telur, pria justru terus-menerus memproduksi sperma baru sepanjang masa hidupnya. Setiap 16 hari, sel-sel di testis terbagi dan DNA-nya disalin ke sel baru, yang kemudian digunakan untuk membuat sperma baru.
Tubuh sangat akurat untuk membuat salinan yang sama persis, namun terkadang mereka bisa juga membuat kesalahan, yang dikenal sebagai mutasi genetik. Nah, seiring pertambahan usia pria, proses penyalinan tersebut menjadi lebih rentan gagal dan terjadi mutasi pada sperma. Jika sperma bermutasi dan kemudian digunakan untuk membentuk janin, maka menurut Prof Wilkie akan ada lebih banyak risiko terjadi masalah dalam perkembangannya.
Dr Allan Pacey, ahli kesuburan pria, mengatakan sudah waktunya bagi pria untuk menyadari bahayanya menunda untuk memiliki anak. "Saya bisa mengerti mengapa beberapa pasangan menundanya, tapi secara biologis hal tersebut bisa berakibat buruk. Jangan menunggu sampai Anda berada di usia 50-an," tegas Dr Pacey.
(vit/vit)











































