"Biarkan saja sampai nanti gigi tetapnya tumbuh. Selama itu harus dirawat dan dijaga kebersihannya, jangan sampai ia sakit gigi," tutur Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan FKG UI drg Peter Andreas M.Kes.
Namun, jika gigi anak sudah terlanjur sakit terutama di bagian gusi, maka mau tidak mau orang tua harus membawanya ke dokter untuk melihat apakah gigi si kecil perlu dicabut atau tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Litbang PDGI ini menuturkan bahwa saat gigi susu tumbuh yakni ketika bayi, orang tua sebaiknya tetap memberikan perawatan untuk rongga mulut anak.
Sebab pada susu yang notabene menjadi makanan bayi, terdapat kandungan gula yang tertinggal di mulut dan bisa menjadi tempat berkembangnya kuman. Caranya, tidak hanya membiasakan menyikat gigi anak tapi juga membersihkan gusi dan lidahnya.
"Kalau untuk membersihkan gusi, bisa pakai air hangat dan kasa. Untuk membersihkan lidah, kan sekarang ada sikat gigi yang ada pembersih lidahnya. Sebab, sisa makanan tidak hanya melekat di permukaan gigi tapi juga di lidah," kata drg Peter.
Menurut dokter berkacamata ini, bakteri pada lidah yang ada di mukosa atau langit-langit bisa menyebabkan kanker mulut jika dibiarkan terlalu lama. Membiarkan saja gigi anak yang gigis juga dibenarkan oleh psikolog anak Vera Itabiliana, S.Psi. Ia mengatakan jangan justru mengolok-olok anak yang giginya gigis atau bahkan ompong.
"Anak bisa jadi minder dan nggak percaya diri. kalau dia kesusahan menggigit makanan karena nggak punya gigi misalnya, tanya aja perlu dibantu atau nggak. Sebab, kepercayaan diri anak tergantung dari lingkungan sekitarnya. Makin nyaman lingkungannya dengan dia, maka anak makin percaya diri," terang Vera.
(rdn/vta)











































