"Alergi itu kan ditentukan oleh bakat interaksi genetik dan juga lingkungan. Jadi kalau orang tuanya bebas alergi, anaknya kelak bisa tetap berisiko alergi," papar Ketua Divisi Alergi-Imunologi di Departemen Kesehatan Anak FKUI, DR dr Zakiudin Munasir, SpA(K).
Hal tersebut ia sampaikan dalam Media Gathering yang diadakan di Gedung Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Jl Pegangsaan Timur, Jakarta, dan ditulis pada Rabu (16/4/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Risiko rendah
Risiko rendah ini muncul ketika tidak ada satu pun dari anggota keluarga lini pertama yang mengalami alergi sebelumnya. Meskipun begitu, anak tetap berisiko sebanyak 10-20 persen untuk terkena alergi.
2. Risiko sedang
Jika salah satu anggota keluarga lini pertama, misalnya ayah atau ibu, diketahui punya riwayat alergi, maka risiko anak untuk kena alergi akan meningkat menjadi 20-40 persen.
3. Risiko tinggi
"Risiko alergi sebanyak 50-80 persen ini muncul pada anak jika ada dua atau lebih anggota keluarga lini pertamanya yang pernah terkena alergi," ujar dokter yang juga merupakan peneliti Health Economics dari Unit Kesatuan Kerja Alergi-Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Alergi-Imunologi IDAI) ini.
(ajg/vit)











































