Beberapa psikolog meyakini bahwa cilukba boleh jadi merupakan media pembelajaran yang sangat baik untuk bayi. Menurut mereka, bayi terlahir tanpa tahu apa pun. Secara bertahap para bayi harus belajar agar dapat memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, dan salah satu caranya ialah melalui permainan cilukba.
Salah satu hal yang belum dipahami bayi adalah mengenai keberadaan benda. Bayi belum mengerti bahwa adanya suara menandakan kehadiran suatu benda dan meski tak dapat dilihat, suatu benda boleh jadi tetap ada di sekitar. Jean Piaget, psikolog asal Swiss beranggapan bahwa pada dua tahun pertama, bayi tidak memahami hal tersebut. Itulah mengapa permainan cilukba sangat penting diberikan pada fase ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitulah mekanisme permainan cilukba dalam proses perkembangan bayi. Melalui cilukba, pengetahuan bayi mengenai dunia akan semakin berkembang. Mereka dapat mengetahui hal-hal yang dapat dikontrol dan hal-hal yang membuat mereka merasa terkejut. Untungnya, orang dewasa tak bosan melakukan permainan sederhana itu demi melihat tawa si kecil.
Nah, lantas, mengapa bayi menyukai cilukba? Hal tersebut, menurut Stafford, lantaran cilukba merupakan lelucon yang baik karena mengandung elemen kejutan dan ekspektasi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Gerrod Parrott dan Henry Gleitman, diketahui bahwa kesenangan dalam cilukba dipengaruhi kemampuan bayi dalam memprediksi kejutan. Semakin bertambah usia bayi, kegandrungan terhadap permainan cilukba akan semakin berkurang karena mereka semakin piawai dalam memprediksi.
"Cilukba memiliki semua elemen dari lelucon yang baik, yakni kejutan dan prediksi," tulis Stafford dalam kolomnya yang dimuat di BBC dan disadur pada Selasa (22/4/2014).
(vta/vta)











































