Sukses memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada si buah hati adalah kebanggaan bagi setiap ibu. Namun terkadang, tuntutan untuk 'sukses' tersebut menjadi beban psikologis yang memicu stres dan membuat ASI justru tidak keluar.
Tuntutan yang mengintimidasi tersebut kadang datang dari lingkungan, bahkan tak jarang dari keluarga sendiri. Salah satunya dikisahkan oleh Indar Wamindari (30), penerima Kartini Award sebagai 'Ibu Pemberi ASI pada 100 Bayi' dari Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT).
"Seorang ibu datang ke saya lalu cerita, mertuanya terlalu menuntut pokoknya harus ASI ekslusif. Ibu itu terbebani, dan akhirnya malah gagal menyusui," kata Indar, ditemui di rumahnya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, seperti ditulis pada Selasa (6/5/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentunya stres tidak hanya disebabkan oleh tuntutan mertua. Banyak faktor yang bisa memberikan beban mental bagi ibu menyusui, yang pada akhirnya membuat produksi ASI tidak lancar. Termasuk di antaranya urusan pekerjaan dan konflik rumah tangga.
Indar mengatakan stres memang bisa menjadi salah satu penyebab utama ASI tidak mau keluar. Untuk itu, ia memberikan beberapa tips bagi ibu-ibu yang memiliki beban mental apapun agar tetap lancar memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.
"Pertama, harus happy. Jauhi stres. Pola makan juga harus sehat. Dan yang terpenting menurut saya, tetap pumping, usahakan untuk selalu konsisten dengan jadwal," pesan Indar yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Pekerjaan Umum.
Indar menambahkan, konsisten artinya selalu menepati jadwal pumping atau menyusui. Jika biasanya dilakukan tiap 3-4 jam, maka harus disiplin. Meski ASI yang keluar hanya sedikit, payudara sebisa mungkin harus dikosongkan supaya tetap lancar memproduksi ASI.
(up/vit)











































