Tiger mom menjadi populer setelah Amy Chua, profesor di Yale Law School, menulis buku berjudul 'Battle Hymn of the Tiger Mother'. Di mana dalam bukunya Amy menceritakan bahwa dirinya dibesarkan dalam keluarga yang ketat dan keras. Hal yang sama juga dilakukannya saat mendidik anak. Sikap keras, tegas, dan lugas orang tua pada anak diyakini sebagai bentuk bahwa orang tualah yang paling mengerti anaknya dibanding siapapun.
Sophie dan Lulu, anak Amy, diminta untuk berlatih piano selama dua jam sehari. Latihan itu bertujuan agar kedua anak itu segera menguasai lagu tertentu. Demi prestasi itu, Amy bahkan mengancam membakar mainan anaknya jika mereka tidak bersungguh-sungguh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Amy tidak ada maaf dan tidak ada alasan untuk tidak berprestasi. Bahkan Amy tak segan menyebut anaknya sampah dan berteriak di depan wajah anaknya jika mereka tidak mendapat hasil yang baik dalam kegiatannya.
Dengan sikap keras dalam pengasuhan, maka anak diyakini akan terbantu dalam menyadari potensinya. Sehingga kemudian anak akan terlecut untuk mendapatkan nilai-nilai yang baik dan aneka piagam penghargaan.
Istilah tiger mom kembali dibicarakan beberapa orang tua terkait kabar yang beredar di dunia maya bahwa ada anak usia 6 tahun yang dirawat di RS akibat jiwanya terganggu. Hal itu terjadi lantaran si anak diikutkan berbagai macam les, sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk bermain dan beristirahat. Meskipun kemudian diketahui informasi ini hoax.
Menjadi tiger parent adalah pilihan. Nah, pilihan diambil dengan hanya mencontoh orang lain, tapi juga lebih melihat apakah gaya pengasuhan itu cocok diterapkan kepada anak. "Jangan sampai gaya pengasuhannya tidak efektif sehingga tujuannya tidak tercapai," kata psikolog anak dan remaja, Roslina Verauli, MPsi dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Jumat (28/11/2014).
Dihubungi terpisah, psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi menyebut pengasuhan anak merupakan seni yang diciptakan orang tua. Bagaimana anak bertumbuh sangat terkait dengan cara pengasuhannya. Namun Ratih kurang setuju dengan gaya pengasuhan tiger mom atau tiger parent karena cenderung ada kekerasan di dalamnya.
"Ibu memang menerapkan kedisiplinan namun secara strict, tight. Sering ada harassment-nya. Sehingga anak bisa jadi hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Bentuknya bisa bermacam-macam. Biasanya terkait belajar anak, kerapian, daily activity. Jadi tiger mom itu tegas, galak, dan biasa menggunakan intonasi tinggi," tutur Ratih.
(vit/up)











































