Namun, dikatakan dr Ayodia Soebadi SpU, sebagian besar hipospadia bisa tergolong ringan apabila letak lubang kencing mendekati ujung. Selain itu, tidak ada pembengkokan dari batang penis.
"Apabila dari keadaan fisik diperkirakan tidak mengganggu fungsi berkemih dan seksual, maka dapat dipertimbangkan hipospadia tidak perlu dioperasi. Operasi masih dapat dipertimbangkan untuk tujuan kosmetik," tutur dr Yodi, begitu ia akrab disapa saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Selasa (6/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Yodi, tindakan ini terkadang perlu dilakukan lebih dari 1 tahap. Selain itu, uretra yang dibuat seringkali mengalami lubang. Seperti dikutip dari Mayo clinic, dalam jumlah kecil kasus, lubang (fistula) atau jaringan parut bisa muncul di sepanjang bagian bawah penis di mana saluran kemih baru dibuat.
Akibatnya, bisa terjadi kebocoran urine sehingga membutukan operasi tambahan untuk memperbaikinya. Sementara itu, menurut pakar urologi anak dr Arry Rodjani SpU, biasanya operasi pada bayi dengan hipospadia dilakukan saat anak berusia 1,5 tahun sampai sebelum usia sekolah.
"Karena kita kan juga harus melihat kondisi kesehatan si anak secara keseluruhan dan ukuran penisnya," ujar dr Arry.
(rdn/vit)











































