Jepang dikenal sebagai bangsa yang maju, hampir seluruh penduduknya merupakan orang-orang dengan tingkat intelijensia yang tinggi serta pekerja keras. Namun keunggulan bangsa Nippon ini tidak dibarengi dengan 'keunggulan' dalam jumlah kelahiran bayi mereka.
Di tahun 2014, Kementerian Kesehatan Jepang mencatat, jumlah kelahiran bayi di tahun tersebut hanya mencapai 1.001.000 kelahiran atau 9.000 kelahiran lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya. Bahkan kementerian mengklaim, angka ini adalah jumlah kelahiran terendah sepanjang sejarah Jepang.
Baca juga: Tahun 2014, Kelahiran Penduduk di Jepang Terendah Sepanjang Sejarah
Lantas apa yang dilakukan pemerintah Jepang untuk mengatasinya? Unik, pemerintah Jepang berencana mendorong diselenggarakannya kegiatan perjodohan (matchmaking) bagi generasi muda Jepang, terutama yang sudah cukup umur dan berpenghasilan tetap. Dengan begitu mereka dapat menemukan tambatan hatinya, lantas menikah dan memiliki keturunan.
Namun perlu diketahui bahwa mereka tidaklah main-main. Rencana tersebut terdapat di dalam draft kebijakan khusus untuk menanggulangi masalah kelahiran di sana yang diajukan ke parlemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Draft ini sendiri diharapkan akan mendapat persetujuan dari seluruh anggota kabinet Jepang sebelum akhir bulan Maret ini. Demikian dikutip dari BBC, Senin (16/3/2015).
Bahkan pemerintah tidak hanya mendorong masyarakat untuk melakukan kencan kilat saja, sebab dalam draft tersebut juga disebutkan tentang rencana pemerintah untuk menambah akses perawatan anak secara cuma-cuma, termasuk mendirikan pusat konseling untuk pasangan yang memilih menggunakan terapi kesuburan, di seluruh penjuru Jepang.
Pemerintah juga menargetkan peningkatan pemberian jatah cuti untuk pekerja pria yang istrinya melahirkan (paternity leave) hingga mencapai angka 80 persen di tahun 2020.
Meski belum diketahui secara pasti mengapa angka kelahiran di Jepang menurun drastis, sejumlah pakar menyebutkan tingginya biaya yang dikeluarkan pasangan untuk membesarkan anak, dan makin banyaknya wanita yang bekerja sehingga tak ada waktu untuk menghasilkan, apalagi mengurus anak menjadi salah satu penyebab utamanya.
Makin bertambahnya jumlah 'jomblo' atau lajang di Jepang juga ditengarai menjadi penyebab angka kelahiran di Jepang terjun bebas ke angka yang memprihatinkan.
Baca juga: Para Ahli Temukan Kaitan Antara Badai Salju dan Kelahiran Bayi
(lil/vta)











































