Dengan Imunisasi Dasar, Risiko Pneumonia pada Anak Bisa Ditekan

Dengan Imunisasi Dasar, Risiko Pneumonia pada Anak Bisa Ditekan

Firdaus Anwar - detikHealth
Sabtu, 30 Jan 2016 14:08 WIB
Dengan Imunisasi Dasar, Risiko Pneumonia pada Anak Bisa Ditekan
Foto: thinkstock
Jakarta - Infeksi paru-paru parah atau pneumonia rentan terjadi pada anak dan orang lanjut usia (lansia). Hal ini dikarenalan kelompok usia tersebut cenderung memiliki sistem imun yang lemah sehingga bakteri mudah menyerang.

Oleh karena itu, kejadian pneumonia pada kelompok umur tersebut bisa berakhir fatal bila tak ditangani dengan baik. Profesor Dr dr Bambang Supriyatno, SpA (K) mengatakan bahkan pneumonia adalah penyebab kematian anak tertinggi setelah diare di dunia.

Untuk mencegah anak terserang pneumonia ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Misalnya saja dengan menjaga kualitas udara rumah, mengonsumsi diet bernutrisi seimbang, dan juga dengan memberikan imunisasi. dr Bambang mengatakan imunisasi dasar cukup untuk mencegah terjadinya pneumonia meskipun memang ada imunisasi khusus untuk penumonia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan secara gratis karena disubsidi oleh pemerintah. Contoh dari imunisasi ini di antaranya seperti vaksin polio, campak, dan hepatitis B.

"Imunisasi dasar ini bisa membantu mencegah pneumonia karena dia memberikan perlindungan tambahan dari penyakit-penyakit yang bisa melemahkan imun. Ini perlu dilakukan," kata dr Bambang ketika memberi kuliah umum di Universitas Atma Jaya Pluit, Jakarta, Sabtu (30/1/2016).

Baca juga: Vaksin Apa Saja yang Perlu dan Tidak Diperlukan Bayi?

"Campak itu sendiri bisa menurunkan daya tahan tubuh. Saat kena campak anak bisa kena pneumonia, bahkan ketika campaknya sudah sembuh juga pneumonia itu bisa menyerang karena sistem imunnya masih lemah," imbuh guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Tantangan untuk menekan angka pneumonia di Indonesia saat ini menurut dr Bambang selain kemiskinan adalah masih adanya orang tua yang menolak anaknya divaksin. dr Bambang menegaskan bahwa anggapan-anggapan miring yang mungkin beredar di masyarakat terkait vaksin tidak benar.

"Dulu orang enggak mau vaksin karena bayar, sekarang udah gratis. Terus enggak mau karena katanya di sekolah satu jarum dipakai ramai-ramai, ya enggak lah itu kan malah bikin penyebaran penyakit berisiko. Kita jarumnya sudah canggih kok enggak seperti zaman dulu yang dari stainless tiap suntik harus dibakar," tutup dr Bambang.

Baca juga: Anak Idap Radang Paru-paru, Begini Kisah Yanah 'Tolak' Anjuran Sufor Dokter


(fds/rdn)

Berita Terkait