Derita Keluarga yang Kehilangan Tiga Anak karena Kanker Otak Langka

Derita Keluarga yang Kehilangan Tiga Anak karena Kanker Otak Langka

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Selasa, 16 Feb 2016 17:38 WIB
Derita Keluarga yang Kehilangan Tiga Anak karena Kanker Otak Langka
Isabella Mading (Foto: Naples Daily News)
Florida - Tak ada satupun orang tua yang mau kehilangan anaknya. Namun yang terjadi di Florida ini sungguh memilukan, karena sebuah keluarga baru saja kehilangan anak gadis mereka karena penyakit yang juga merenggut kedua kakaknya.

Gadis kecil ini bernama Isabella Mading. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada 6 Februari lalu setelah melalui perjuangan panjang melawan kanker otak langka yang dideritanya. Ironisnya, kanker otak ini pulalah yang merenggut nyawa kedua kakaknya: Cody di tahun 2010 dan Averi di tahun 2013.

"Saya muak," ucap sang ibu, Erin seperti dikutip dari fox6now.com, Selasa (16/2/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak terbayangkan bagaimana besarnya kepedihan yang dipendam Erin. Bagaimana tidak, dalam kurun enam tahun terakhir, ia telah menguburkan tiga dari lima anaknya. Ketiganya didiagnosis mengidap Lynch Syndrome III, salah satu bentuk kanker otak yang mengakibatkan terjadinya mutasi gen yang tak biasa alias langka.

"Peluangnya hanya 25 persen untuk kami berdua membawa gen mutasi ini dan tiga anak kami mewarisinya. Kami tak menyangkanya sama sekali," kata Erin.

Dari kelima anaknya: Cody, Kylie, Averi, Olivia dan Isabella, hanya Olivia dan Isabella yang tidak mewarisi gen mutasi ini. Isabella atau lebih akrab disapa Bell didiagnosis dengan sindrom ini di saat usianya baru tujuh tahun.

Cody, Kylie dan Averi (tengah), Olivia dan Isabella (kiri bawah) (Foto: CancerRUStupid.com)

Lynch Syndrome sendiri merupakan sebuah gangguan genetik yang dapat memicu peningkatan risiko sejumlah kanker, di antaranya kanker usus dan kanker otak.

Baca juga: Ada Darah di Tinja? Bisa Jadi Tanda Kanker Usus, Segeralah ke Dokter

Jelang kematiannya, Bell dan keluarganya sempat pindah dari rumah mereka di Bonita Springs, Florida ke Pittsburgh agar Bell dapat mencoba pengobatan baru di Children's Hospital of Pittsburgh. Pengobatan ini diharapkan dapat menyembuhkan kanker otak Bell.

Ini adalah pengobatan kesekian kali yang dijajal Bell untuk menyembuhkan penyakitnya. Tapi sekeras apapun usaha mereka, otak gadis berambut panjang dan pirang ini terus membengkak, dan hal ini dipastikan dalam beberapa kali scan.

Namun Erin kagum melihat kedewasaan sikap Bell ketika tahu nasibnya akan sama dengan kedua kakaknya. Apalagi Bell memang menghabiskan masa kecilnya di rumah sakit, menemani kedua kakaknya. "Ia tidak merasa ketakutan. Ia justru bercita-cita menjadi seorang perawat agar dapat membantu banyak orang," lanjutnya.

Sayang sebelum impian itu tercapai, Isabella keburu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, di usianya yang baru 10 tahun. Setelah Bell meninggal, Erin dan keluarganya belum memutuskan akan kembali ke rumah mereka di Florida atau tidak karena masih dalam situasi berduka.

Meski begitu, Erin memastikan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. "Apakah kalian pikir dengan mengambil ketiga anak kami maka kami akan kehilangan harapan? Kami justru akan semakin tegar dan berupaya untuk mencegah tragedi yang mungkin dialami keluarga lain!" tulis Erin dalam blognya, CancerRUStupid.com.

Dalam blog yang sama, Erin dan keluarganya bertekad untuk melakukan kampanye agar pengobatan untuk Lynch Syndrome segera ditemukan. Ia juga ingin meluangkan banyak waktunya untuk memberikan dukungan bagi para orang tua pasien kanker anak.

Baca juga: Takut Kena Kanker, Wanita Ini Nekat Jalani Hidup Tanpa Usus (lll/vit)

Berita Terkait