Demikian yang dirasakan oleh Nadia (26). Ibu pekerja yang masih memberikan ASI untuk putra pertamanya ini mengungkapkan bahwa saat sedang dinas ke luar kota atau negeri, ia kerap harus memerah ASI di tempat-tempat umum.
Kepada detikHealth, ia menceritakan bahwa ada beberapa pengalaman uniknya saat memerah ASI saat dinas ke luar kota dan ke luar negeri. Salah satunya adalah saat Nadia mendapatkan tugas ke Singapura selama beberapa hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau nitip sama orang lain kan takut, sementara ruang menyusuinya kecil takut nanti ramai orang-orang malah nggak bisa menyusui karena ada koper saya. Akhirnya nekat saja masuk, koper dan plastik saya yang isinya oleh-oleh saya tinggal di depan (tidak dibawa masuk, -red)," tutur Nadia.
Baca juga: Faktor-faktor yang Bisa Bikin Ibu Produksi ASI dengan Jumlah Banyak
Setelah kira-kira satu jam lamanya, Nadia merapikan kantung-kantung plastik ASI perahnya dan keluar ruangan. Ia pun kaget bukan kepalang, koper dan plastiknya sudah lenyap. Yang tersisa hanyalah trolley tempat ia meletakkan koper. Kebingungan, akhirnya Nadia berusaha mencari koper sambil membawa-bawa tas ASI.
"Ketemu polisi bandara, saya langsung bilang koper saya hilang. Saya lantas disuruh ke bagian informasi. Karena panik dan lokasi meja informasi agak jauh, saya sampai lari-lari. Dari jauh saya lihat koper saya sedang dibuka-buka. Saya langsung datang dan bilang kalau itu koper saya," imbuh ibu dari satu orang putra tersebut.
Polisi bandara tak serta-merta percaya dengan pernyataan Nadia, ia masih harus menjawab beberapa pertanyaan seputar isi dari koper tersebut. Setelah berhasil meyakinkan polisi, ia menandatangani surat pernyataan dan diperbolehkan membawa kembali kopernya. Sayangnya, oleh-oleh Nadia hilang karena kemungkinan dicuri saat barang tersebut tak ada yang mengawasi di depan ruang menyusui.
"Kaget saja, cuma mau memerah ASI kok sampai dibawa kopernya, ternyata aturan di sana memang tak boleh meninggalkan koper tanpa pengawasan. Kalau oleh-oleh, ya sudah saya ikhlaskan saja, mau bagaimana lagi kan memang tidak ada yang mengawasi," lanjutnya.
Bukan itu saja, Nadia juga mengungkapkan bahwa dirinya harus beberapa kali terpaksa memerah ASI di toilet saat dinas ke luar kota. Salah satunya baru-baru ini, ia terpaksa harus memerah ASI di toilet. Oleh sebab itu, ia selalu membawa tisu basah dan hand sanitizer.
"Yang terpenting, prinsip saya yang utama adalah ASI untuk anak. Jadi sampai sekarang saya masih memerah ASI, supaya kalau nanti dinas luar kota atau negeri lagi, hak anak saya untuk dapat ASI bisa tetap terpenuhi," tutur Nadia.
Baca juga: Menyoal Praktik Donor ASI di Indonesia
ibu menyusui, adakah yang punya pengalaman tak terlupakan saat memerah ASI, memberikan ASI, ataupun menyelamatkan ASI perah? Anda bisa berbagi cerita ke redaksi@detikhealth.com
(ajg/vit)











































