"Banyak ibu-ibu juga ikut merokok. Padahal kita tahu asap rokok sangat berpengaruh pada anak. Jadi saya pernah lihat bayi disusui ibu, dan ayahnya di sebelahnya merokok. Dan ibunya juga merokok. Itu sangat-sangat jelek," kata Nafsiah ditemui usai Peringatan Pekan ASI Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (6/8/2016).
Nafsiah mengatakan, asap rokok yang dihirup anak bisa berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Kandungan zat pada asap rokok bisa memengaruhi perkembangan paru-paru anak, selain bisa menyebabkan alergi dan asma. Belum lagi dalam jangka panjang, juga banyak penyakit yang bisa dialami karena merokok menjadi salah satu faktor risikonya. Sebut saja kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ubah DNA Janin, Merokok Jelas Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Meski begitu, co-founder Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) ini juga merasa senang karena makin lama makin banyak orang muda yang ikut gerakan setop merokok. Tapi di sisi lain, Nafsiah juga risau dengan road map yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian.
"Sampai tahun 2019 Kementerian Perindustrian akan meningkatkan produksi rokok putih menjadi sekitar 625 triliun. Pasarnya ke mana? Di luar negeri sudah ditolak, harga ditinggiin. Di Indonesia? Harga (rokok) murah dan anak boleh beli," kata Nafsiah.
"Saya risau sekali melihat itu dan memang perlu gerakan masyarakat yang massive untuk menyelamatkan masyarakat juga generasi kita. Saya sangat risau," pungkasnya.
Terkait jumlah perokok di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan data proporsi perokok laki-laki sebesar 67 persen di tahun 2011 dan mengalami penurunan di mana pada tahun 2013, jumlahnya menjadi 64,9 persen. Penurunan juga terjadi pada proporsi perokok wanita yang jumlahnya 2,7 persen tahun di 2011 menjadi 2,1 persen di tahun 2013.
Baca juga: Studi: Merokok Saat Hamil dan Menyusui Pengaruhi Kualitas Sperma Bayi Kelak
(rdn/vit)











































