Sebab, seperti penuturan psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, anak membutuhakn figur attachment yang mensuplai kasih sayang, merawatnya, selalu menemani dia, dan selalu memberi apa yang dia butuhkan.
"Tapi, 'kelengketan' itu jadi nggak sehat kalau anak ini nggak bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa kehadiran figur ini. Misalnya neneknya lagi mandi, ditungguin terus," kata Ratih dalam perbincangan dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu satu anak ini menambahkan, memang ada fase separation anxiety yang dialami anak di usia 8 bulan sampai maksimal usia 2 tahun. Separation anxiety bisa dialami anak misalnya ia tak masalah jika bermain dan tahu ada sang ibu di rumah. Namun, ketika ibu tidak ada, ia akan mencari ibunya atau mengikuti ibunya yang pergi.
Jika seperti itu, kata Ratih, artinya anak tahu bahwa orang yang memberinya suplai kasih sayang pergi. Nah, jadi sesuatu yang tidak sehat pula jika anak diam saja atau cuek ketika dia ditinggal oleh orang yang dekat dengannya. Itu berarti tidak ada kelekatan di antara keduanya.
"Sampai usia 2 tahun, separation anxiety masih normal. Tapi kalau lepas dari usia 2 tahun, misalnya pas sekolah ibunya harus nungguin, harus duduk di samping dia. Ya, selama 1 sampai 2 minggu pertama okelah. Tapi kalau sampai satu semester, berarti anaknya kenapa-kenapa dan perlu evaluasi lebih lanjut," tutur Ratih.
Separation anxiety yang tidak sehat belum tentu terjadi karena pembiasaan. Menurut Ratih, hal itu bisa terjadi karena ada pelekatan yang insecure sehingga si anak cemas berlebih jika berada jauh dari sosok yang memberinya kasih sayang.
Baca juga: Hiasi RS dengan Nuansa Kartun Bisa Kurangi Ketakutan Anak Saat Berobat Lho
(rdn/vit)











































