Hal-hal Seputar Menyapih Anak yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya

Hal-hal Seputar Menyapih Anak yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Minggu, 19 Mar 2017 09:01 WIB
Hal-hal Seputar Menyapih Anak yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Menyapih bisa jadi hal yang susah-susah gampang bagi ibu. Terlebih bagi ibu yang baru memiliki anak pertama. Momen menyapih bisa jadi hal yang rumit bahkan menguras emosi.

Bicara soal menyapih si kecil, ada beberapa pertanyaan yang kerap dilontarkan ibu. Apa saja ya? Simak pemaparannya di sini beserta jawabannya, seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber berikut ini.

Baca juga: Ekspresi Bahagia Ibu Saat Menyusui Tandem Ini Jadi Viral

1. Di usia berapa anak sudah bisa disapih?

Foto: ilustrasi/thinkstock
"Rata-rata saat ini anak bisa disapih di usia 4 tahun 2 bulan. Kalau anak sudah siap, tidur tidak perlu lagi didekap ibunya nggak apa-apa disapih. Sebab, anak saat tidur bersama ibu dan dia jadi menyusu, sebetulnya anak mencari tempat yang aman karena kan dia dekat dengan dada ibu," tutur dr Utami Roesli SpA, IBCLC, FABM dari RS St Carolus,

"Intinya anak jangan dipaksa, ibu juga harus siap. Kalau pas nyapih ibu masih nggak tega ya jangan disapih dulu, itu tandanya belum siap," tambah dr Tami.

WHO merekomendasikan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih. Jika di usia 2 tahun anak dan ibu sudah siap disapih, maka penyapihan sah-sah saja dilakukan.

2. Bagaimana cara tepat menyapih anak?

Foto: ilustrasi/thinkstock
dr Elizabeth Yohmi, SpA, IBCLC mengatakan cara menyapih yang paling baik yakni tidak boleh ada pemaksaan, di mana anak harus diajak bicara terus. Jadi, kata dr Yohmi, ini adalah keputusan dari dua belah pihak. Bukan hanya keputusan ibunya saja.

"Janganlah kalau pakai cara segala macam seperti mengoleskan sesuatu ke payudara ibu sampai seperti berdarah. Lebih baik kita pakai cara yang gentle lah ya. Kita ajak bicara 'kamu sudah besar, perlu mandiri, ini untuk persiapan adek dan sebagainya," tutur dr Yohmi

3. Bagaimana mempersiapkan anak yang akan disapih?

Foto: thinkstock
dr Wiyarni Pambudi SpA, IBCLC mengatakan jelang waktu anak disapih, beri tahu bahwa ia sudah besar dan perlu belajar minum cairan lain seperti air putih atau sari buah dengan gelas.

Kemudian, jangan lupa beri pujian saat anak mulai bisa tidur malam bisa tanpa rewel dan nyusu. Ayah juga bisa berperan dengan menemani anak tidur, memeluknya, atau menepuk-nepuk sebagai bentuk pengganti proses menyusu.

Sementara, dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan tanda anak sudah siap disapih misalnya dia udah mengerti kalau tidak minum ASI lagi, tidak harus tidur sambil menyusu misalnya. Intinya, anak sudah bisa lepas dari ASI.

4. Apa trik agar ibu bisa tega menyapih anak?

Foto: thinkstock
Kadang, anak sudah siap disapih tapi ibu yang belum siap menyapih anak. Nah, dr Wiyarni atau yang akrab disapa dr Wi mengatakan ketika anak tumbuh kembangnya baik, dia terlihat ceria, dan tidak masalah ketika disapih, maka ikhlaskan bahwa anak memang harus mendapat asupan nutrisi dari sumber lain, selain ASI.

Sementara, psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi mengatakan perubahan mindset ibu perlu dimiliki. Ratih mengungkapkan, ibu jangan menganggap bahwa apa yang dilakukan ini adalah bentuk kekejaman pada anak. Tapi ini dilakukan supaya anak bisa lebih baik lagi.

"Kalau ibunya nggak siap terus, nanti anak bisa tidak mengalami perkembangan yang sesuai milestone-nya," kata Ratih.

5. Apa efeknya jika anak dipaksa disapih?

Foto: thinkstock
dr Yohmi mengatakan, ketika anak dipaksa disapih, nantinya akan berdampak buruk pada psikologis anak di mana mereka merasa sudah dicampakkan. Terlebih lagi, jika sudah punya adik, itu akan sangat berbahaya bagi kondisi anak.

Sementara, dr Ni Wayan Ani Purnamawati, Sp.KJ mengatakan orang tua yang terlalu melarang anak menyusu akan tampak sebagai figur yang menakutkan dan membuat mereka merasa cemas. Dalam perkembangannya, anak tersebut menjadi tidak berdaya saat berhadapan dengan pihak luar yang memaksa. Cara-cara yang akan dianggap memaksa oleh anak antara lain mengoleskan biji mahoni agar puting terasa pahit.

"Berbohong dengan memasang plester dan mengatakan pada anak bahwa puting ibu sedang luka juga tidak baik. Cara-cara semacam itu sebisa mungkin dihindari. Jika pada usia tersebut anak selalu dipaksa dan diarahkan, ia akan tumbuh menjadi paranoid," kata dr Wayan.

Menurut dr Wayan, penyapihan bisa dilakukan secara bertahap dengan mulai mengurangi frekuensi menyusui pada usia 2 tahun. Perlahan-lahan, inisiatif untuk berhenti menyusu akan datang dengan sendirinya dari si anak.

6. Apa efeknya jika anak tak segera disapih?

Foto: thinkstock
"Lama menyusu nggak akan bikin anak bermasalah, nggak ada cerita anak ASI makin lama disusui makin susah mandiri," ujar dr Wi.

Lagipula, seiring bertambahnya usia anak, anak sudah mendapat sumber nutrisi dari makanan lain. Kemudian, anak juga makin banyak beraktivitas dan lambat laun secara otomatis frekuensi menyusunya berkurang. Di atas usia 2 tahun, jika nutrisi anak terpenuhi dengan baik, frekuensi menyusunya paling-paling hanya 3 sampai 5 kali.

"Dari aspek nutrisi dikatakan bahwa ASI masih terus menyiapkan zat gizi pokok meski sudah lewat usia 1 tahun terutama protein, lemak, dan vitamin. Kemudian asam lemak untuk fungsi otak dan zat-zat untuk pertahanan tubuh. Menyusui bisa dilanjutkan selama ibu dan anak menginginkannya. Menyusui di atas usia 1 tahun adalah hal yang normal. Sampai anak usia 3 tahun menyusui masih boleh," kata dr Wi.

Halaman 5 dari 7
(rdn/vit)

Berita Terkait