Tak Bisa Ibu Saja yang 'Berjuang', Menyusui Pun Perlu Support System

Tak Bisa Ibu Saja yang 'Berjuang', Menyusui Pun Perlu Support System

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Jumat, 24 Mar 2017 11:11 WIB
Tak Bisa Ibu Saja yang Berjuang, Menyusui Pun Perlu Support System
Foto: thinkstock
Jakarta - Tak sekadar menyodorkan payudara ke anak, menurut dokter keberhasilan proses menyusui juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak di sekitar istri. Termasuk di antaranya suami, keluarga, fasilitas kesehatan dan komunitas.

Seperti disampaikan oleh dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, dari Sentra Laktasi Indonesia (SELASI), bahwa 2 dari 3 ibu yang ingin menyusui bayinya mengalami kesulitan. Maka dari itu, menyusui tidak akan berhasil jika ibu 'berjuang' sendirian tanpa dukungan dari support system.

"Saya rasa semua ibu pasti ingin memberikan ASI ya, tapi mereka perlu dukungan. Dukungannya dari mana? Untuk membuat proses menyusui itu sukses selain ibu dan bayi juga perlu dukungan suami, keluarga, fasilitas kesehatan, komunitas, tempat kerja dan juga pemerintah," ujar dr Wiyarni dalam workshop jurnalis 'Infant and Young Child Feeding' yang diadakan di Intercontinental MidPlaza Jakarta, Rabu (22/3/2017).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Ibu dan Bayi: Cegah Pneumonia dan Kanker Payudara

Salah satu support system yang perlu menjadi perhatian bersama menurut dr Wiyarni adalah fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada sangat berperan penting untuk memberikan edukasi dan dukungan langsung menyusui pada ibu, terutama ibu baru melahirkan. Bukan hanya tenaga kesehatan anak, tapi juga secara keseluruhan dimulai dari fase kehamilan.

"Kehidupan bayi memang dimulai saat dilahirkan, tapi sebelumnya kan sudah ada fase kehamilan. Di sini ada tenaga kesehatan obstetri, nanti setelah bayi lahir ada staf pediatrik," imbuh dr Wiyarni.

Menurut data yang dimiliki dr Wiyarni, sebetulnya angka ibu hamil yang melakukan pengontrolan di fasilitas kesehatan secara keseluruhan sudah tinggi, angka persalinan di fasilitas kesehatan pun cukup tinggi, namun jumlah ibu yang mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD) masih rendah. Maka dari itu, support system untuk tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan pun dikatakan oleh dr Wiyarni masih membutuhkan perhatian.

"Angka kunjungan ke fasilitas kesehatan seperti posyandu juga tinggi, tapi angka ASI eksklusif masih rendah. Saat ketemu tenaga kesehatan mungkin masalah masih diberikan ASI saja atau tidak tak pernah dibahas, tapi fokusnya hanya untuk imunisasi atau timbang badan. Berarti kan ada yang skip dilakukan oleh tenaga kesehatan," terangnya.

Baca juga: Standar 'Emas' Makanan Bayi: IMD, ASI Eksklusif dan MPASI Bergizi (ajg/up)

Berita Terkait