Ratih Zulhaqqi, psikolog dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, mengatakan rasa takut adalah bagian dari emosi dan perasaan. Sementara menangis adalah cara anak mengekspresikan perasaannya. Karena itu menurutnya, orang tua tidak disarankan untuk memberhentikan anak yang sedang menangis.
"Lebih baik dipeluk dan biarkan dia tetap menangis. Ketika sudah agak reda, baru ditanya, 'adik nangis kenapa?' dan dijawab karena gelap misalnya. Nah orang tua baru bertindak, 'kalau begitu ayo kita nyalakan lampunya, supaya terang dan semuanya kelihatan, tidak gelap lagi.' Jadi anak dibiarkan dulu mengenal emosinya, baru kita beri solusi," tutur Ratih, kepada detikHealth baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratih mengatakan anak harus dilatih untuk mengenal dan mengekspresikan perasaannya. Dengan mengenal dan mampu mengekspresikan perasaan, tumbuh-kembang mental anak akan berjalan optimal.
Oleh karena itu, pengucapan kata-kata seperti 'nggak apa-apa kok,' 'nanti juga hilang,' atau 'jangan nangis ah, cengeng' ketika anak merasa ketakutan sangat tidak dianjurkan. Hal ini bisa membuat anak tidak mengenal emosi seperti rasa takut, yang notabene lumrah dimiliki manusia.
Ditambah lagi melarang anak menangis hanya akan membuat emosi yang ia rasakan menumpuk dan tidak bisa dikeluarkan. Jika ditumpuk secara terus-menerus dan tidak dikeluarkan, emosi tersebut akan berubah menjadi negatif.
"Karena dilarang nangis, emosinya tidak bisa disalurkan kan. Akhirnya menumpuk deh. Akibatnya apa? Anak jadi agresif," tambahnya lagi.
Psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo, sebelumnya mengatakan anak usia batita umum merasa takut pada sesuatu yang dan asing, contohnya bayangan. Untuk itu, perlu pembiasaan dan pengenalan lewat bermain sekaligus mengajari anak pengetahuan.
Misalnya, bermain bayang-bayang dengan mengarahkan senter ke tembok dan membuat berbagai macam bentuk dengan tangan. Dengan begitu, anak bisa belajar lebih familiar dengan bayangan. Selain itu, kata Anas, orang tua juga bisa mengenalkan atau menceritakan pada anak jika bayangan muncul karena ada cahaya yang tertutup.
"Nanti bisa dibuat juga aktivitas bermain pakai kertas mika warna-warni untuk menutup senter. Setelah itu senter dinyalakan dan disorot sehingga nanti bayangannya nggak hitam aja tapi ada warna lain seperti biru, merah, dan sebagainya," tuturnya.
Baca juga: Cara Mengatasi Takut Gelap pada Anak
(mrs/vit)











































