Dalam foto yang diunggah tanggal 19 April lalu, Alanya menceritakan apa yang dialami putranya, Carson saat berjalan-jalan ke taman dengannya. Si kecil Carson membawa tiga mainan yaitu robot transformer, figur maincraft, dan truk. Tiba-tiba, ada 6 anak yang tak dikenal Carson meminta mainan tersebut. Carson tampak tak mau dan memeluk erat ketiga mainannya.
"Saya katakan pada Carson bahwa dia bisa mengatakan ke anak-anak itu dia tidak mau berbagi mainannya. Carson pun mengatakan tidak dan keenam anak itu berlari sambil menatap saya. Saya tegaskan jika memang Carson tidak mau berbagi dengan kalian, ya sudah," demikian tulis Alanya di keterangan foto.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Alanya mendapat pandangan yang tidak mengenakkan dari orang tua lain di taman. Alanya merasa para orang tua berpikir dia dan anaknya adalah orang yang jahat. Tapi, Alanya yakin apa yang dilakukan sang anak sudah tepat. Sebab, Alanya mengatakan wajar jika Carson menolak memberi mainannya pada 6 anak yang tidak dikenalnya. Terlebih, Carson pun tidak nyaman dengan apa yang dilakukan anak-anak itu.
"Jika saya, orang dewasa, jalan-jalan di taman dan sedang makan sandwich. Lalu, ada orang asing yang tiba-tiba meminta sandwich saya. Apakah saya akan memberinya? Tidak," ujar Alanya.
Lagipula, menurutnya, Carson juga bisa berbagi dengan anak lain. Ketika dia bertemu anak dari temang sang ibu, Carson pun tak segan meminjamkan mainannya. Justru, menurut Alanya jika Carson mudah memberi sesuatu yang dimiliki pada orang yang memintanya terlebih dengan cara agak memaksa, bukan tak mungkin itu akan memudahkan terjadinya bullying. Sampai saat ini, unggahan foto beserta tulisan soal meminta Carson untuk tidak berbagi sudah dibagikan lebih dari 230 ribu kali. Terdapat pula 665 komentar yang pro dan kontra dengan apa yang dilakukan Alanya.
Pengguna Facebook bernama Charlene Cortez mengatakan tidak ada yang salah mengajarkan anak berbagi, tapi mereka juga memiliki pilihan untuk tidak berbagi. Bermicia Webb-Parks pun setuju dengan apa yang dilakukan Alanya. Ia bahkan mengajarkan anaknya untuk berani berkata tidak mau berbagi pada anak terutama yang tidak dikenal hanya karena si anak meminta mainan itu.
![]() |
"Not cool," tulis Sabrina Graves. Sementara, Rebekah Sweeney mengatakan ia tidak setuju dengan apa yang diungkapkan Alanya.
Beberapa waktu lalu, psikolog anak dan remaja Alzena Masykouri, M.Psi, atau akarab disapa Zena mengatakan biasanya di sekitar usia 2 tahun, anak sudah mengerti konsep kepemilikan. Menurut wanita yang akrab disapa Zena ini, konsep tersebut memang harus muncul dan dipahami oleh anak.
"Perkembangan konsep kepemilikan ini akan sejalan dengan perkembangan konsep 'aku'. Bahwa anak memiliki kendali terhadap diri dan orang lain," kata wanita yang akrab disapa Zena ini.
Nah, dicontohkan psikolog anak dan remaja Anna Surti Ariani, M.Psi atau yang akrab disapa Nina, permainan yang bisa dilakukan orang tua untuk melatih anak berbagi yakni dengan bermain peran di mana ayah, ibu, dan anak masing-masing mempunyai mainan lalu saling bertukar dan meminjamkan. Setelah itu, si ibu bisa mengatakan 'terima kasih ayah sudah mau tukeran minjemin mainan ini'.
"Atau toples diisi kacang terus sama anak kacangnya dibagiin. Memang itu kacang bukan punya dia tapi minimal dengan cara itu bisa mengenalkan anak pada kegiatan berbagi. Yang penting, ketika anak kenal konsep kepemilikan ini, saat die kekeuh sesuatu itu punya dia padahal bukan, orang tua baiknya jangan langsung marahin 'itu kan emang bukan punyamu'. Sebaliknya, beri penjelasan pada anak dan juga contoh seperti tadi misalnya," terang Nina.
Dikutip dari Kids Health soal interaksi anak dengan orang asing, jika anak pergi bersama orang tua, tak masalah membiarkan ia menyapa dan berbicara dengan orang asing. Sebab, Anda ada di sana, mengawasi si kecil, dan melindunginya. Lain halnya jika anak sedang sendirian, ajari mereka untuk mengatakan tidak ketika ditawari sesuatu atau diajak pergi oleh orang asing. Kemudian, ajari anak untuk langsung segera meninggalkan tempat tersebut dan memberi tahu apa yang ia alami pada orang dewasa yang dapat dipercaya misalnya saja guru.
Selain itu, anak juga bisa diajari untuk menolak atau melawan ketika area pribadi di tubuhnya disentuh. Kemudian, latih anak agar tak mudah terkecoh dengan orang asing yang tampak baik dan ramah bagi anak. Orang tua bisa pula mengajarkan anak berkata tidak ketika ada anak lain atau seseorang meminta sesuatu darinya dengan cara paksa. Ini sebagai bentuk perlindungan diri anak. Sebab, ketika anak cenderung takut dan menurut dengan apa yang dikatakan temannya misalnya, bukan tak mungkin akan timbul kesempatan terjadinya bullying.
Baca juga: Anak Batita Cenderung Pelit dan Ogah Berbagi, Psikolog: Itu Normal
Hmm, bagaimana menurut Anda? (rdn/vit)