Kemudian banyak pakar mulai bertanya-tanya sebenarnya apa yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan itu.
Salah satu studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa jika seorang wanita terserang flu atau demam berkepanjangan saat hamil maka anaknya berisiko tinggi terkena autisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu peneliti menemukan bahwa infeksi umum seperti gangguan pernafasan atau infeksi saluran kencing ternyata tidak memberikan faktor risiko yang besar bagi autisme. Sebaliknya anak yang ibunya menderita flu selama masa kehamilan justru berisiko dua kali lipat didiagnosis menderita ASD (autism spectrum disorders) sebelum usianya mencapai 3 tahun.
Begitu juga dengan anak yang ibunya terkena demam berkepanjangan (seminggu atau lebih), risikonya terkena ASD malah mencapai tiga kali lipat.
Sejumlah studi pada hewan juga memastikan bahwa ketika sistem kekebalan wanita (betina) terpicu untuk melawan infeksi selama masa kehamilan maka hal itu mempengaruhi perkembangan otak anak dengan cara yang sedemikian rupa, meski mekanismenya belum bisa dipahami oleh para pakar.
Temuan ini senada dengan hasil studi sebelumnya yang ditampilkan dalam Journal of Autism and Developmental Disorders. Peneliti studi itu, Irva Hertz-Piciotto, profesor ilmu kesehatan masyarakat dari MIND Institute, University of California Davis mengungkapkan bahwa ibu yang menderita demam selama hamil berisiko dua kali lebih besar melahirkan anak yang autis atau mengalami kelambatan perkembangan mental ketimbang ibu yang tidak kena demam atau wanita yang mengonsumsi obat tertentu untuk menurunkan demamnya.
Meski begitu, para pakar autisme menekankan bahwa studi ini masih berupa dugaan sehingga tidak perlu membuat para wanita hamil khawatir atau ketakutan. Penyebab autisme masih menjadi misteri dan kalaupun itu terjadi biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor genetik dan lingkungan atau faktor eksternal.
"Namun saya ingin menekankan bahwa studi ini masih bersifat eksplorasi. Toh banyak wanita yang mengalami flu atau mengonsumsi antibiotik tidak melahirkan anak yang autis," komentar Coleen Boyle, direktur National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities, Center for Disease Control and Prevention (CDC) seperti dilansir dari huffingtonpost, Selasa (13/11/2012).
(vit/vit)











































