Kehamilan kembar bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti adanya faktor keturunan dari orang tua atau neneknya, usia ibu saat mengandung, tinggi dan berat badan ibu, pengaruh dari kehamilan sebelumnya, ras dan makanan yang dikonsumsi, serta prosedur bayi tabung.
Pada prosedur bayi tabung, tak sedikit orang tua yang justru meminta agar embrio yang ditanamkan ke dalam rahim lebih dari satu, agar hasilnya bisa hamil anak kembar. Tapi perlu diketahui bahwa hamil kembar berisiko tinggi pada ibu dan calon bayinya, terutama pada kehamilan kembar lebih dari dua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risiko kehamilan kembar lebih dari dua juga mengintai si bayi. dr Ivan menuturkan, bayi kembar 3 berisiko sangat besar untuk lahir prematur, lahir dengan berat badan kecil, bahkan berpeluang untuk mengalami cacat permanen.
Beberapa bayi dan plasenta terkadang mengalami persaingan untuk mendapatkan nutrisi dari sang ibu. Hal ini bisa saja memicu terjadinya kekurangan gizi pada salah satu bayi yang dikandung, dibandingkan dengan kehamilan tunggal yang tidak memerlukan persaingan nutrisi.
Pada umumnya semakin besar jumlah bayi yang dikandung, maka akan semakin besar risiko kesehatan yang mungkin dialami oleh si bayi. Karena itu para ahli selalu berusaha untuk menghindari kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi.
"Ada yang minta untuk kembar, tapi tidak kita anjurkan. Risikonya besar. Kalau kembar 2 rata-rata persalinan di usia 36 sampai 37 minggu, kalau kembar 3 di usia 33 sampai 34 minggu. Bayangkan, bayinya lahir kecil, haru masuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit ) yang bayarnya 1,5 juta per hari, dikalikan 3. Makanya pengurangan jumlah embrio yang ditanamkan merupakan upaya yang bertanggung jawab," tutup dr Ivan.
(mer/vit)











































