Salah satu dokter dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Sita Andarini, PhD, SpP(K), mengatakan rokok membawa dampak kesehatan yang besar bahkan pada bayi yang belum lahir. Ia mengatakan dirinya bersama spesialis paru lainnya dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI telah membuktikan hal tersebut lewat penelitian.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 di Jakarta dikatakan oleh dr Sita diikuti oleh 90 responden ibu hamil. Dari 90 tersebut 30 diantaranya adalah seorang ibu perokok, 30 perokok pasif, dan 30 lainnya bukan perokok dan perokok pasif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hasil penelitian kita dari darah ibu hamil yang merokok, angka kotininnya itu tinggi. Kotinin itu adalah residu nikotin dalam darah yang dimetabolisme. Nah kotininin di dalam tali pusat itu juga tinggi. Kadar ini tinggi pada ibu perokok dan perokok pasif," kata dr Sita saat ditemui pada konferensi pers kongres Asian Pacific Society of Respirology (APSR) di hotel HARRIS, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dan ditulis Jumat (7/11/2014).
Lewat tali pusat, nikotin yang tadinya ada pada darah ibu diketahui dapat mencapai bayi di dalam janin. Bayi yang lahir dengan kondisi tercemar nikotin tersebut dikatakan oleh dr Sita rata-rata memiliki berat yang lebih kecil serta panjang yang lebih pendek dari bayi umumnya.
Berhubungan dengan hal tersebut, karena nikotin adalah zat adiktif apakah bayi yang tercemar dalam kandungan memiliki kecenderungan untuk merokok kelak? Atas pertanyaan tersebut dr Sita mengaku belum mengetahui jawabannya.
"Nah untuk itu kita belum tahu, belum ada penelitiannya. Tapi melihat dari penelitian lain, rokok pada bayi itu meningkatkan risiko asma, pneumonia, kemudian risiko tumbuh kembang bayi termasuk imunitas," tutup dr Sita.
(up/up)











































