Studi yang dilakukan peneliti dari University of North California (UNC) menemukan pada kasus baby blues ekstrem, kondisi depresi yang lebih parah dan mendalam bisa terjadi saat wanita masih mengandung. Peneliti pun menemukan tiga karakteristik untuk menjelaskan kondisi tersebut.
"Kita harus melihat awal mula adanya gejala seperti perubahan mood atau stres berlebih apakah sudah terjadi selama hamil atau sesudah melahirkan. Kemudian, ada tingkat keparahan gejala misalnya stres berlebihan, pikiran bunuh diri, atau riwayat gangguan mood sebelumnya," terang salah satu penulis studi, Samantha Meltzer-Brody.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka dari itu, tenaga medis sudah seharusnya lebih peduli pada wanita yang mengalami depresi post-partum dengan aneka gejala yang bisa jadi indikasi awal kemungkinan terjadinya depresi pasca melahirkan," imbuh Direktur UNC Center for Women's Mood Disorders ini, dikutip dari Daily Mail, Selasa (27/1/2015).
Dengan lebih memperhatikan depresi post-partum yang terjadi diharapkan skrining, diagnosis, serta pengobatan bisa dilakukan dengan tepat. Untuk studi ini, peneliti menganalisa data lebih dari 10.000 wanita dari penelitian konsorsium internasional baru PACT (Post-partum Depression Action Towards Causes And Treatment) yang dilakukan UNC dengan 25 investigator di 7 negara.
"Hal terpenting yakni ketika ibu hamil merasakan tiga karakteristik yang sudah saya sebutkan sebelumnya atau ada gangguan suasana hati yang dirasa menerus, maka segeralah mencari pertolongan. Sebab, hal itu bisa membuka peluang terjadinya depresi pasca melahirkan yang dialami," tekan Samantha.
(rdn/vit)











































