Dr dr Agus Supriyadi, SpOG (K) dari RSAB Harapan Kita menjelaskan faktor yang mungkin mendorong kehamilan kembar bisa dari genetik, usia saat hamil, berat badan tubuh, dan bisa juga karena mengikuti teknologi reproduksi berbantu (program kehamilan).
Pada kasus bayi kembar lima dari pasangan Habibie Ahmad AkbarĀ (30) dan Lely SolihatiĀ (32) asal Cirebon misalnya, hal tersebut kemungkinan besar terjadi karena ibunya mengonsumsi obat penyubur. Kandungan pada obat tersebut akan merangsang pematangan sel telur sehingga dalam satu siklus bisa ada beberapa telur yang siap dibuahi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasus bayi anak Pak Habibie ini dia tiga tahun belum mendapatkan keturunan diberikan obat penyubur di mana obat tersebut dapat membuat menghasilkan sel telur lebih dari satu. Masing-masing sel telur dibuahi sperma sehingga bisa terjadi sampai lima," kata dr Agus kepada media pada Kamis (14/1/2016).
Sementara itu bobot tubuh dan umur saat hamil disebut berpengaruh dengan semakin berat atau tua seseorang maka kemungkinan terjadinya kehamilan kembar semakin tinggi. Hal ini disebut pada studi-studi jurnal internasional.
"Orang-orang dengan BMI lebih atau obesitas dikatakan berkaitan dengan kejadian hamil kembar lebih banyak. Atau juga orang yang hamil usianya sudah lebih dari 40 tahun punya risiko lebih juga terjadinya kehamilan kembar," papar dr Agus.
Meski punya anak kembar mungkin adalah suatu pengalaman yang unik dan diinginkan oleh orang tua, dr Agus mengingatkan bahwa sebetulnya kehamilan kembar termasuk berisiko.
Baca juga: Bayi Kembar Lima dari Cirebon Inisial Namanya A, I, U, E dan O (fds/vit)











































