Dr dr Agus Supriyadi, SpOG(K), dari RSAB Harapan kita mengatakan risiko pertama yang jelas adalah bayi akan lahir prematur. Rahim punya kapasitas yang terbatas dan dengan kehamilan kembar ruang untuk bayi tumbuh besar selama 9 bulan tentu akan terbagi.
dr Agus mencontohkan misalnya pada kasus kelahiran kembar lima dari Cirebon, para bayi terpaksa harus dilahirkan prematur dengan berat lahir rata-rata 1 kilogram. Paru-parunya belum berkembang sempurna sehingga harus dibantu dengan alat pernapasan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu risiko juga ada untuk ibunya. Misalnya saat melahirkan berisiko pendarahan yang besar. Sementara selama periode kehamilan, gejala seperti morning sickness yang dialami juga bisa lebih berat.
"Waktu hamil terjadi perenggangan abdomen yang luar biasa besar jadi ibu mual-mual muntahnya juga lebih hebat dan konstraksi juga lebih sering. Organ juga kan terdorong oleh rahim yang membesar si ibu bisa lebih sesak," kata dr Agus.
"Kalau di program bayi tabung justru kita bilangnya program yang sukses itu ya yang hamilnya nggak kembar," pungkasnya.
Baca juga: Bayi Kembar Lima dari Cirebon Sudah Lepas Alat Bantu (fds/vit)











































