Namun apabila lebih dari dua minggu seorang ibu masih merasa stres, tertekan, dan sulit dekat dengan bayi maka hati-hati gejala sudah mengarah ke kondisi depresi paska melahirkan. Bila tak ditangani dengan baik hal ini akan berdampak negatif untuk ibu, anak, dan orang lain di sekitarnya.
Psikolog keluarga Nuzulia Rahma menjelaskan ada beberapa hal yang bisa mendorong ibu terjerumus kondisi depresi pasca melahirkan. Kemungkinan pertama bisa karena ada faktor genetik yang membuat seorang ibu memang jadi lebih sensitif terhadap perubahan hormon ketika hamil dan melahirkan.
Ditambah dengan faktor psikologi yang sudah ada sebelumnya, bukan tidak mungkin depresi kemudian menyerang.
Baca juga: Cerita Ibu yang Pernah Coba Bunuh Diri karena Alami Depresi Pasca Melahirkan
"Bisa karena psikologis, dia sudah punya riwayat depresi sebelumnya. Ada stres pribadi atau hal-hal yang tak bisa diterima dan sebagainya," kata Nuzulia ketika ditemui dalam seminar Indonesia Rare Disorders di Restorana Gokana, Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (27/8/2016).
Hal-hal apa saja yang umumnya bisa menjadi sumber stres ibu paska melahirkan? Nuzulia memberi contoh misalnya saja kritikan-kritikan yang datang dari suami, orang tua, atau orang lain di sekitarnya terkait bagaimana mengurus anak.
Atau bisa juga karena ada beban lain yaitu anak lahir dengan kondisi tertentu, misal anak berkebutuhan khusus. Bagi beberapa ibu yang sensitif hal ini bisa membuat dirinya sangat merasa bersalah hingga depresi.
"Kehamilan kompleks dengan bayi yang 'istimewa' misalnya. Itu kan bisa menimbulkan tekanan tambahan sehingga bisa mendorong ibu ke arah situ," kata Nuzulia.
Baca juga: Ibu Alami Baby Blues Atau Depresi Pasca Melahirkan, Bagaimana Membedakannya?
(fds/vit)