Kulit dan Kelamin: Keluhan Cacar Ular

100 Konsultasi Terpopuler 2014

Kulit dan Kelamin: Keluhan Cacar Ular

- detikHealth
Rabu, 14 Jan 2015 13:44 WIB
Kulit dan Kelamin: Keluhan Cacar Ular
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Herpes Zoster atau cacar ular menimbulkan gejala perih, gatal dan sakit. Namun setelah cacar ular ini kering, keluhat sakit perih dan gatal masih terasa. Apa yang terjadi?

Keluhan cacar ular menjadi salah satu pertanyaan terpopuler di Konsultasi Kulit dan Kelamin 2014. Salah satunya disampaikan oleh Pani. Ia mengaku pernah mengalami cacar air sekitar 1,5 bulan lalu, pada waktu yang bersamaan seorang perawat berkata padanya bahwa ia terkena herpes. Pani diberikan salep acyclovir dan tabletnya beserta vitamin. Namun, ia merasa aneh setelah cacarnya mulai mengering, tetapi bekas di kulit yang terkena herpes masih terasa sakit, perih, dan gatal. "Saya bingung sakit apa yang menyerang kulit saya di bagian leher dan dada tersebut. Mohon penjelasannya, sampai sekarang saya masih mengonsumsi obat tersebut."

Menurut dr Nindita Hapsari Susanti, SpKK, pengasuh Konsultasi Kulit dan Kelamin DetikHealth, penyakit yang diderita saat 1,5 bulan lalu merupakan herpes zoster. Penyakit ini disebabkan akibat adanya reaktivasi infeksi laten virus varisella. Maksudnya kemungkinan besar adanya virus varisella ini (penyebab cacar air) pernah ada di tubuh penderita sebelumnya, kemudian virus tersebut berdiam di dalam jaringan saraf dan timbul ketika daya tahan seseorang menurun. Sehingga, berpotensi reaktivasi dan timbulnya herpes zoster.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasa nyeri yang dirasakan merupakan Nyeri Akut Herpetik (NAH), jika masih berlangsung setelah 3 bulan pasca ruam kulit, maka kondisi tersebut disebut Nyeri Pasca Herpetik (NPH). "Nyeri ini akibat rusaknya serabut saraf penghantar rasa nyeri oleh virus penyebab herpes zoster. Rasa nyeri masih dapat terus berlangsung walau ruam dan lentingan kulit sudah sembuh selama beberapa bulan atau beberapa tahun," ungkap dr Nindita.

Ia menambahkan, gejala yang dirasakan penderita NPH merupakan nyeri spontan yang timbul tiba-tiba (alodina), seperti rasa terbakar atau tertusuk-tusuk, gatal, bahkan nyeri akibat sentuhan ringan (misalnya akibat gesekan pakaian), lemah otot atau kelumpuhan. Kondisi NAH terjadi pada 9-14% penderita herpes zoster, sedangkan NPH dialami 5% penderita herpes zoster.

"Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami NPH ialah usia lanjut, ruam kulit herpes zoster yang luas dan nyeri, serta kekebalan tubuh yang kurang. Saat ruam zoster muncul, obat anti virus harus diberikan secepatnya supaya mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi," ucap dr Nindita.

dr Nindita menerangkan, penderita herpes zoster membutuhkan banyak istirahat, dan mengurangi stres. Jika ruam herpes zosternya telah mengering seluruhnya, tidak disarankan untuk mengonsumsi antivirus. Obat yang dapat dipilih untuk mengurangi rasa NAH dan NPH ialah obat analgetik yang dapat dibeli bebas, obat analgetik, obat antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan yang diresepkan dokter.

"Krim atau koyo yang mengandung capsaicin dan akupunktur dapat juga mengurangi rasa nyeri lainnya. Usahakan untuk tidak terlalu lelah baik secara fisik atau mental, jika rasa nyeri sangat mengganggu. Berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf atau dokter spesialis kulit dan kelamin disarankan," tutup dr Nindita yang berpraktik di Klinik Bintaro Skin House.

(vit/vit)

Berita Terkait