Dok, saya sudah menikah selama 1 tahun. Sejak menikah, saya tergolong jarang berhubungan seks. Saya sepertinya sulit untuk terangsang. Suami saya juga sudah berusaha untuk merangsang saya. Kalau saya tidak berhasrat, suami saya lebih memilih menahan hasratnya. Meskipun saya mengajak, (karena saya lihat dia begitu berhasrat) sepertinya dia tahu kalau saya sedang tidak berhasrat. Dia ingin melakukan hubungan seks saat saya juga berhasrat. Mungkin itu yang menyebabkan kami jarang berhubungan seks.
Saat suami saya mencoba merangsang saya dengan sentuhan dan rabaan, saya bisa menikmatinya. Tetapi saat dia menyentuh vagina saya, kadang dengan jari, kadang dengan lidah, saya tidak merasakan nikmat, tetapi merasa kegelian yang sangat, dan hasrat saya justru menurun.
Sampai sekarang saya belum pernah merasakan orgasme. Saya justru merasa sakit jika kami berhubungan seks agak lama. Suami saya kadang tidak sampai orgasme, karena melihat saya kesakitan dan kemudian menarik kemaluannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anita (Perempuan Menikah, 27 Tahun), eiXXXX@plasa.com
Tinggi Badan 150 Cm dan Berat Badan 40 Kg
Jawaban
Dari keluhan Anda, dapat disimpulkan: kemungkinan Anda mengalami Vaginismus yaitu spasme otot vagina sepertiga bagian luar dan sekitarnya hingga hubungan seksual sukar dilakukan.
Wanita yg mengalami vaginismus tetap dapat menikmati aktivitas seksual yang lain misalnya ciuman, pelukan atau rangsangan pada bagian tubuh lain. Mungkin juga mereka dapat mencapai orgasme dengan aktivitas seksual tersebut.
Tapi, saat aktivitas seksual berubah menjadi hubungan seksual (penetrasi penis) atau sentuhan pada kelamin, maka reaksi vaginismus segera muncul. Kecuali, bila sang suami dapat mengontrol diri tidak melanjutkan dengan penetrasi penis atau sentuhan pada vagina.
Penyebab vaginismus adalah:
1. Faktor fisik yaitu gangguan selaput dara, termasuk sisa selaput dara yang tertarik ketika ML, Herpes Genitalis atau infeksi lain yang menimbulkan luka sekitar vagina.
2. Faktor psikis
Adanya pengalaman seksual yang traumatik ketika pertama kali koitus, hubungan seksual yang selalu nyeri karena belum cukup terangsang, rasa takut yang berlebihan terhadap terjadinya kehamilan, rasa takut terkena penyakit kelamin dan latar belakang keluarga yang memandang seks sebagai sesuatu yang kotor, dosa atau memalukan.
Terapi penyebab psikis tampaknya lebih sering berperan dibandingkan penyebab fisik. Dengan dukungan suami & petunjuk Dokter Keluarga Anda, dianjurkan Anda mulai melakukan pengobatan. Dengan berpikir selalu positif kesembuhan akan menyertai Anda.
Dr. Andri Wanananda MS
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) serta pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.
(ir/ir)











































