Solusi Nyeri Sendi Berkepanjangan

Solusi Nyeri Sendi Berkepanjangan

Suherni Sulaeman - detikHealth
Kamis, 20 Jun 2013 14:14 WIB
Solusi Nyeri Sendi Berkepanjangan
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Dok saya mau konsul. Hampir 2 bulan ini persendian saya sering mengalami nyeri yang luar biasa. Sempat periksa ke dokter tapi kata dokter tulang saya baik-baik saja dan saya hanya dikasih vitamin, antibiotik dan suplemen makanan.

Bukannya semua obat yang diberikan ke saya tidak ada sangkut pautnya sama penyakit saya ya Dok? (Kebetulan saya anak farmasi juga jadi sedikit tahu tentang obat). Saya sudah berobat dari yang umum sampai pengobatan alternatif tapi penyakit saya sering juga kambuh-kambuhan lagi.

Kalau lagi kambuh sampai tak bisa jalan. Menurut dokter saya mengidap penyakit apa ya Dok? Terus penanganannya gimana biar sembuh seperti sedia kala? Terimakasih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ririn Arsita Pramita Sari (Wanita lajang, 18 tahun)
ririnarsita.XXXX@gmail.com
Tinggi badan 168 cm, berat badan 53 kg

Jawaban

Dear Saudari Ririn Arsita Pramita Sari, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Dari pertanyaan di atas, ada beberapa petunjuk kunci:

1. Nyeri sendi hebat selama dua bulan. 2. Bila kambuh, maka sampai tidak bisa berjalan.

Oh iya, Saudari Ririn Arsita Pramita Sari mengatakan telah diberi: vitamin, antibiotik dan suplemen makanan, namun amatlah disayangkan tidak menyebutkan secara spesifik; nama generiknya. Misal: saya sudah diberi antibiotik, yaitu: penisilin. Tapi tidaklah mengapa, karena akan kita bahas beberapa kemungkinan penyakit dari Saudari Ririn Arsita Pramita Sari.

Sebagai pengantar, maka Saudari Ririn Arsita Pramita Sari perlu mengetahui bahwa nyeri sendi bisa dijumpai pada beberapa penyakit rematik dan non-rematik. Hal ini untuk meluruskan persepsi dan mengubah mindset di masyarakat yang menganggap bahwa nyeri sendi itu sama dengan rematik. Pandangan ini jelas tidak benar.

Nyeri sendi (arthralgia) bisa dijumpai pada beberapa penyakit rematik seperti: 1. Juvenile rheumatoid arthritis 2. Systemic lupus erythernatosus 3. Rheumatic fever 4. Juvenile dermatomyositis 5. Scleroderma

Uniknya, beberapa penyakit non-rematik berikut ini juga memiliki nyeri sendi sebagai (salah satu) gejalanya: 1. Hipotiroidisme 2. Trauma (di dalam medis istilah trauma berarti jatuh, cedera, kecelakaan) 3. Reactive arthritis 4. Endocarditis 5. Beragam infeksi lainnya.

Secara prinsip, bila ada kasus tentang nyeri sendi, maka dokter akan bertanya dan melakukan observasi tentang empat hal berikut ini: 1. Radang atau bukan radang? 2. Artikuler atau periartikuler? 3. Akut atau kronis? 4. Mono, oligo, atau poliartikuler?

Sedikit penjelasan tentang artikuler, nonartikuler, atau periartikuler. Saat membuat diagnosis banding nyeri sendi, seorang dokter berupaya semaksimal mungkin untuk menentukan struktur tipe apakah yang menyebabkan nyeri di sendi atau persendian.

Penyakit rematik dengan penyebab periarticular (di sekitar sendi), misalnya: 1. Bursitis, 2. Fibromyalgia atau myofacial pain, 3. Fasciitis, 4. Epicondylitis, 5. Cedera ligamen dan tendon urat saraf (injured ligaments and tendinitis).

Penyakit rematik dengan penyebab nonarticular (bukan dari sendi), misalnya: 1. Tumor tulang 2. Vasculopathy 3. Radiculopathy 4. Saraf terjepit (nerve entrapment) 5. Tumor jaringan saraf (neuroma) 6. Infeksi tulang (osteomyelitis)

Kronis atau akut Bila berlangsung kurang dari delapan minggu, maka dinamakan akut. Bila berlangsung lebih dari delapan minggu, maka dinamakan kronis. Hal ini mengacu ke kriteria yang ditetapkan oleh Universitas Washington.

Di dalam menegakkan diagnosis penyakit rematik, maka dokter juga mempertimbangkan multifaktor berikut ini:

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Ras 4. Riwayat keluarga 5. Lama berlangsung dan proses perjalanan penyakit (kronologis) 6. Jumlah sendi yang terkena 7. Penyebaran sendi yang terkena/sakit 8. Riwayat konsumsi obat

Penyakit rematik sangat berkaitan dengan delapan faktor di atas. Di samping juga akan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan fisik berikut ini:

1. Ada tidaknya tanda-tanda peradangan (inflamasi). 2. Sendi mana saja yang terasa sakit. 3. Ada tidaknya bengkak pada sendi. 4. Mengukur ROM (range of motion). 5. Krepitus atau krepitasi yaitu bunyi atau suara yang dihasilkan oleh gesekan-gesekan dari segmen antartulang. Krepitasi dapat dipakai untuk menentukan diagnosis patah tulang, misalnya: fraktur os femur.

6. Ada tidaknya kontraktur, yaitu: terbatasnya mobilitas (gerakan) sendi sebagai akibat dari patologis (faktor penyakit) pada permukaan sendi atau jaringan lunak secara fungsional. 7. Ada tidaknya deformitas, yaitu: kelainan atau perubahan bentuk. 8. Stabilitas sendi, subluksasi, dislokasi. 9. Manifestasi ekstraartikuler (misalnya: demam, berat badan menurun, kaku sendi di pagi hari, nyeri punggung, gangguan tidur, dsb)

Nah, dari pertanyaan di atas, ada data minimal yang kami dapatkan, yaitu: 1. Penderita wanita 2. Usia muda 3. Nyeri sendi yang hebat selama dua bulan yaitu cenderung kronis 4. Ras Asia

Berikut ini beberapa kemungkinan penyakit rematik; 1. Yang sering dijumpai pada wanita: a. Arthritis rheumatoid b. Osteoartritis c. Lupus eritematosus sistemik (LES) d. Fibrositis

2. Yang sering dijumpai di usia muda: a. Juvenile rheumatoid arthritis (JRA) b. LES c. Spondiloartritis d. Gonococcal arthritis

3. Yang sering dijumpai pada ras Asia: a. Arthritis rheumatoid b. LES c. Takayasu's disease (disebut juga: sindrom aortic arch, nonspecific aortoarteritis, dan 'pulseless disease'. d. Behcet's disease atau Behcet's syndrome, adalah suatu gangguan yang menyebabkan peradangan pembuluh darah kecil di seluruh tubuh. Penyakit menahun (kronis) ini memiliki ciri khas: 1. Sariawan di mulut 2. Luka/borok di kelamin 3. Radang mata (uveitis) 4. Radang sendi (arthritis)

Penanganan Prinsip penatalaksanaan penderita rematik: 1. Aspirasi dan injeksi (suntikan) sendi Injeksi obat steroid dapat dikombinasikan dokter dengan anastesi lokal, langsung disuntikkan ke dalam sendi setiap 3-4 bulan. Pada kasus osteoarthritis, maka dapat diatasi dengan injeksi hyaluronan, suatu sintesis dari cairan sendi alami. 2. Obat-obatan anti inflamasi non-steroid atau disebut juga nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).

Untuk nyeri sendi sedang hingga berat yang disertai pembengkakan, obat golongan NSAIDs (seperti: aspirin, ibuprofen, naproxen sodium) dapat meringankan nyeri. NSAIDs ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan gangguan cardiovascular lainnya. NSAIDs juga memiliki efek samping, yaitu terjadi perdarahan lambung dan saluran pencernaan (gastrointestinal bleeding).

Jika dirasakan nyeri ringan tanpa disertai pembengkakan, maka dokter boleh merekomendasikan acetaminophen.

Jika nyeri terasa begitu hebat, sampai-sampai obat golongan NSAIDs dan Cox-2 tidak efektif, maka dokter akan meresepkan opioid. Opioid ini dapat menyebabkan mengantuk dan sulit buang air besar (konstipasi).

Golongan obat lain yang juga berpotensi sebagai pereda nyeri (relieve pain): muscle relaxant, beberapa antidepresan, serta antiepilepsi.

3. Obat golongan inhibitor COX-2 selektif 4. Obat golongan steroid 5. Imunomodulator dan imunosupresif (Disease Modifying Antirheumatic Drugs), misalnya: a. Methotrexate b. Sulfasalazine c. Hydroxychloroquine

6. Terapi antisitokin, meliputi: a. Inhibitor TNF (Tumor Necrosis Factor), seperti: etanercept, infliximab, adalimumab. b. Inhibitor interleukin-1 alfa, seperti: anakinra.

7. Plasmaferesis, diberikan bila penderita tidak berespon terhadap terapi yang maksimal. 8. Suplemen berupa glucosamine dan chondroitin relatif berperan di dalam nyeri sendi, meskipun belum tentu efektif untuk semua orang. Kedua substansi ini adalah komponen kartilago normal. 9. Agen topikal (seperti: capsaicin dan methyl salicylate) juga bermanfaat meredakan nyeri sendi. 10. Transplantasi stem cell Selama 20 tahun terakhir, stem cell transplant (SCT) berpotensi sebagai terapi penyakit rematik, terutama kasus autoimmune rheumatologic diseases (ARDs) yang membandel atau kambuhan (refractory).

Indikasi dilakukan transplantasi stem cell (SCT) antara lain: 1. Refractory systemic sclerosis 2. Systemic lupus erythematosus 3. Refractory rheumatoid arthritis 4. Inflammatory myopathies 5. Sindrom antifosfolipid (antiphospholipid syndrome) 6. Granulomatosis dengan polyangiitis 7. Pediatric ARDs.

Mari kita bahas transplantasi stem cell pada kasus rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis memiliki ciri khas produksi auto-antibodies termasuk rheumatoid factor dan anti-cyclic citrullinated peptide antibody.

Tingginya kadar pro-inflammatory cytokines IL-1beta, IL-6, dan TNF-alfa juga dijumpai pada synovial fluid (cairan/pelumas sendi) dan serum penderita rheumatoid arthritis.

Dari 73 penderita rematik jenis refractory rheumatoid arthritis yang diterapi dengan autologous HSCT (hematopoietic stem cell transplant), sekitar 50 persen mengalami perbaikan.

Studi secara in vitro berhasil mendemonstrasikan suatu efek anti-proliferative dari umbilical mesenchymal stem cells pada fibroblast-like synoviocytes yang merupakan "pemain kunci" pada kasus radang (inflammation) dan kerusakan sendi (joint destruction) terutama pada rheumatoid arthritis.

Komplikasi SCT Namun demikian, kita tetap perlu mewaspadai komplikasi transplantasi stem cell. Selama mobilisasi sel dan fase pengkondisian, beragam efek samping yang berat telah dilaporkan, seperti:

1. Reaksi alergi terhadap cyclophosphamide dan anti-thymocyte globulin 2. Demam 3. Nyeri tulang 4. Infeksi 5. Mual 6. Muntah 7. Peningkatan enzim-enzim hati 8. Sindrom aktivasi makrofag (macrophage activation syndrome).

Untuk penyakit rematik pada anak (usia muda), ada dua hal/aspek yang perlu diperhatikan:

1. Rehabilitasi medis, berupa terapi fisik, terapi okupasi, bidai (splints) dan bedah rekonstruktif (reconstructive surgery). 2. Beragam aspek dan faktor pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dan psikososial, misalnya: nutrisi, integrasi sekolah, kelompok bermain (peer group relationships), bimbingan/konseling keluarga dan/atau individu.

Solusi sederhana di rumah, kita dapat meredakan nyeri sendi dengan teknik sederhana yang disingkat dengan akronim 'PRICE':

1. Protect the joint with a brace or wrap. Lindungi sendi dengan penahan atau 'pembalut' sendi. 2. Rest the joint, avoiding any activities that cause you pain. Istirahatkan sendi, hindari aktivitas apapun yang menyebabkan nyeri. 3. Ice the joint for about 15 minutes, several times each day. Dinginkan sendi dengan es sekitar 15 menit, beberapa kali setiap hari. 4. Compress the joint using an elastic wrap. Kompres sendi menggunakan pembungkus elastis. 5. Elevate the joint above the level of your heart. Bila memungkinkan, maka posisikan sendi yang nyeri/sakit di atas jantung.

Bila teknik PRICE belum mampu meredakan nyeri sendi, maka segeralah ke dokter terdekat.

Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat. Salam sehat dan sukses selalu!

Dito Anurogo

Dokter online, konsultan detik.com, penulis 12 buku, mengabdi dan berkarya di neuroscience department, Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Surya University, Indonesia.

(hrn/vit)

Berita Terkait