Setelah pengobatan TB selama 6 bulan, saya berhenti mengonsumsi obat itu, tapi terkadang saya masih merasakan sakit dan sesak di dada, saya begitu takut akan asap rokok dan polusi, secara tidak langsung juga mempengaruhi psikis saya. Tolong dibantu jelaskan dan beri solusi atas masalah saya ini. Terimakasih.
Maria (Wanita lajang, 19 tahun)
analovely.aper@gmail.com.
Tinggi badan 162 cm, berat badan 43 kg
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dear Maria yang dimuliakan di dalam kasih Allah, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Kami turut bersimpati dan berempati atas kondisi yang Maria alami.
Menurut berbagai literatur yang kami baca, obat-obat TBC (rifampisin, ethambutol, isoniazid, pirainamid, streptomisin) tidak ada yang memiliki efek samping sesak atau rasa sakit di dada. Jadi, sebaiknya tidak perlu merasa khawatir atau takut.
Kemudian tentang asap rokok dan polusi udara, sebisa mungkin dihindari. Namun bila 'terpaksa', maka langkah yang dilakukan adalah memakai masker, dan bila ada momentum yang tepat, segera menjauh dari sumber asap rokok dan polusi.
Saudari Maria, perlu diketahui, bahwa:
1. Rahasia sehat itu 3P: pikiran (mindset, persepsi, paradigma), perut (apa yang kita konsumsi), perasaan (kebeningan, keheningan, dan kebersihan hati, lebih pada spiritual).
2. Konsep kesehatan terkini itu amat kompleks, komprehensif, dan holistik. Meliputi: sehat jasmani, ruhani (spiritual), seksual, ekonomi, budaya, sosial, politis, pendidikan, moral, etis, filosofis, dsb.
3. Kesehatan dapat diperoleh dengan 3'O': olahraga, olahrasa, olahjiwa.
Untuk mencapai semua ini diperlukan upaya yang berkesinambungan disertai doa dan dukungan dari orang-orang tercinta di sekitar Anda, yang tulus mengasihi dan berbagi. Bagaimanapun juga, doa dan cintakasih adalah 'obat' penyembuh tanpa efek samping.
Hal lain yang boleh saja dilakukan adalah berkonsultasi ke dokter bila saudari Maria masih merasa takut atau mengkhawatirkan terjadi 'sesuatu'. Karena untuk memastikan dan menegakkan diagnosis, seorang dokter akan melakukan anamnesis (pertanyaan terstruktur), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, melakukan diagnosis banding, menegakkan diagnosis.
Setelah itu barulah memberikan terapi sesuai indikasi, dilanjutkan dengan memberikan edukasi kepada penderita dan keluarga serta melakukan follow up apakah pendekatan terapinya berhasil atau belum efektif.
Tentunya, saudari Maria juga dianjurkan untuk selalu proaktif di dalam melakukan pola hidup sehat, selaras, dan seimbang, dalam arti yang luas.
Demikian pencerahan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu!
Dokter Dito Anurogo
Dokter online (dokter digital), konsultan detik.com, pemerhati hematopsikiatri, neuroherbalmedicine, penulis 14 buku. Saat ini mengabdi dan berkarya di Neuroscience Department, Brain Circulation Institute of Indonesia, Surya University (BCII SU), Indonesia.
(hrn/vit)











































