Keluar Darah Saat BAB Padahal Tidak Sakit dan Tak Ada Riwayat Ambeien

Keluar Darah Saat BAB Padahal Tidak Sakit dan Tak Ada Riwayat Ambeien

Suherni Sulaeman - detikHealth
Selasa, 25 Feb 2014 13:11 WIB
Keluar Darah Saat BAB Padahal Tidak Sakit dan Tak Ada Riwayat Ambeien
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Dok, dalam dua hari ini ketika saya berak, kok ada darah yang menetes/ keluar bersamaan dengan tinja, padahal BAB saya normal, tidak ada rasa sakit waktu BAB, sehari semalam BAB 2 kali juga tidak ada riwayat ambeien. Mohon penjelasannya, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak terimakasih.

Dika (Laki-laki menikah, 36 tahun)
dikaXXXXX@yahoo.co.id
Tinggi badan 170 cm, berat badan 74 kg

Jawaban

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dear Dika, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Langsung saja menuju ke pokok permasalahan.

Dari pertanyaanmu, ada petunjuk kunci, yaitu: dua hari berak disertai darah.

Buang air besar (BAB) berdarah di dalam dunia kedokteran disebut melaena, melena, tarry stools, black feces, black stools, dark faeces, black tarry stool. Disebut demikian karena memang tinja yang keluar bercampur darah sehingga berwarna gelap atau hitam. Bila tinja yang keluar bercampur darah sehingga berwarna merah (segar), maka istilah medisnya adalah hematochezia.

Penyebab BAB berdarah beragam, misalnya:
1. Adanya organ yang terinfeksi, abses, misalnya pada kasus gastritis, kolon diverticulitis, giardiasis.
2. Obat-obat tertentu, misalnya: aspirin (asam asetilsalisilat/acetylsalicylic acid),
NSAIDs (non-steroidal anti-inflammatory drugs, intoksikasi zat besi akut, intoksikasi/overdosis salicylate, arsenic trioxide, ferrous sulfate, thalidomide, bismuth subsalicylate, charcoal, ferrous gluconate, ferrous/iron salts (dosis oral).
3. Alergi, gangguan autoimun atau kolagen, misalnya pada kasus vaskulitis alergika
Henoch-Schonlein.
4. Kelainan/gangguan anatomis, struktural, atau ada benda asing, misalnya: polip kolon, terdapat perdarahan di gastrointestinal, tukak lambung (gastric ulcer), perdarahan lambung (peptic ulcer hemorrhage), perdarahan saluran pencernaan bagian atas, ulserasi esofagus, varises esofagus, fistula aorticoduodenal (aorticoenteric), varises lambung (gastric varices), lesi ulkus Dieulafoy.
5. Keganasan berupa tumor/kanker, misalnya: adenokarsinoma cecum, adenokarsinoma gaster, Leiomyoma di usus atau di perut, tumor di saluran pencernaan-lambung yang disebut 'Gastrontestinal Stromal/Mesenchymal Tumor (GIST)'.
6. Keracunan (intoksikasi), misalnya: minyak croton, gastritis alkohol, bismuth, asam, logam berat, garam merkuri atau bichloride, alkohol isopropil, timah, arsen, jamur (biasanya dari jamur spesies Amanita phalloides), efek diet atau makanan tertentu.

Yang perlu diingat adalah BAB berdarah belum tentu wasir atau ambeien (hemoroid). Namun, salah satu tanda dari wasir adalah BAB berdarah.

Adapun penyebab dari hematochezia berdasarkan kelompok usia/umur adalah sebagai berikut ini:
1. Dewasa: hemoroid (wasir) internal, malformasi vaskuler, diverticulosis, infeksi
(Campylobacter, Shigellosis, Amebiasis), fisura ani, kolitis ulseratif kronis, kolitis granulomatosa, adenokarsinoma, tumor jinak, kolitis iskemik, lesi saluran pencernaan atas (perdarahan hebat/massive bleeding)
2. Anak-anak: polip, (juvenile polyps), kolitis ulseratif kronis, kolitis granulomatosa, infeksi, intussusception (usus masuk ke usus, istilah awamnya: 'usus makan usus'), Meckel's diverticulum.
3. Bayi (neonatus): anal fissure, necrotizing enterocolitis, midgut volvulus.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis, maka selain anamnesis, pemeriksaan fisik, juga diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan darah lengkap boleh direkomendasikan dokter sesuai indikasi.

Esophagogastroduodenoscopy sangat direkomendasikan untuk penegakan diagnosis perdarahan saluran pencernaan bagian atas (upper gastrointestinal hemorrhage).

Dengan perkembangan teknik endoskopik terapeutik, maka penggunaan endoskopi pada penderita perdarahan saluran pencernaan dan BAB berdarah bisa direkomendasikan dokter sesuai indikasi.

Proctoscopy dapat menunjukkan perdarahan akibat wasir (hemorrhoids), lesi rektum, dan kolitis ulseratif.

Manajemen

Tindakan terpenting yang harus segera dilakukan tim medis di rumah sakit adalah mencegah penderita BAB berdarah agar tidak terjadi syok hipovolemik akibat kekurangan cairan (darah).

Dalam perspektif neurosains, beberapa mediator yang berperan di dalam mekanisme terjadinya syok hipovolemik adalah: catecholamines, renin, complement, kinins, dan enzim Lisosom.

Perlu diketahui saja, setelah kehilangan 40-50% volume darah, homeostasis (keseimbangan) tubuh akan terganggu. Kompensasinya adalah berkurangnya aliran darah menuju organ-organ vital, terjadi hipoksemia jaringan, asidosis laktat, dan akhirnya berakibat kematian.

Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dokter Dito Anurogo
Penulis 14 buku. Berkarya di Neuroscience department, Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia.

(hrn/vta)

Berita Terkait