Poppy Wahyuningsih (Wanita lajang, 20 tahun)
ajchpXXXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 148 cm, berat badan 48 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari informasi singkat di atas, kami mendapatkan petunjuk kunci, yaitu: batuk berdahak hampir dua bulan. Informasi ini mengarah ke batuk kronis. Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung selama minimal 7-8 minggu berturut-turut. Referensi lain menyebutkan batuk kronis adalah batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu.
Adanya peningkatan refleks batuk sebagaimana yang diukur oleh respon tussive terhadap capsaicin atau citric acid pada penderita batuk kronis mengindikasikan bahwa ada sensitisasi dari refleks batuk. Reseptor-reseptor batuk terletak di laring dan cabang tracheobronchial, dan dimediasi oleh rapidly-adapting (irritant) Adelta fibers, meskipun beragam reseptor seperti reseptor C-fiber juga berkontribusi.
Beberapa pemicu batuk yang sering dijumpai adalah: gatal di tenggorokan, udara dingin, influenza (common cold), udara kering, (asap) rokok, berbicara, perubahan posisi, kelelahan, stres, post-nasal drip, berolahraga, bumbu yang beraroma tajam atau menyengat, makanan (meals), serbuk sari atau tepung sari (pollen), jamur, bau busuk, alkohol, kelembaban, rasa panas di rongga dada dan/atau perut (heartburn), kontak dengan hewan piaraan (Matsumoto H, dkk, 2012).
Cough variant asthma (CVA) adalah salah satu penyebab utama dari batuk kronis yang dapat diredakan dengan bronkodilator. Penyebab lain yang dijumpai pada 65-95 persen penderita batuk kronis adalah radang bronkus setelah infeksi (postinfectious bronchial inflammation), postnasal drip, asma, dan GERD (gastroesophageal reflux disease).
Diagnosis Banding
Batuk kronis ini haruslah dievaluasi terlebih dahulu oleh dokter. Mulai dari tindakan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis. Beberapa penyakit yang biasanya disertai batuk kronis antara lain:
1. bronkitis kronis
2. GERD
3. asma
4. postnasal drip (rhinitis atau sinusitis)
5.tuberkulosis (TBC)
6.tumor bronkus (jarang)
Solusi
Pada kasus bronkitis kronis, maka dokter akan merekomendasikan untuk berhenti merokok dan menghindari asap (terutama asap rokok), serta meminimalkan terpapar lingkungan yang telah terkontaminasi dengan polusi udara.
Pada kasus GERD (gastroesophageal reflux disease), dokter akan merekomendasikan: diet antireflux, rendah lemak, tinggi protein; makan tiga kali sehari; tidak makan atau minum 2-3 jam sebelum tidur atau berbaring kecuali konsumsi obat; meninggikan bagian kepala di tempat tidur.Pemberian medikamentosa atau obat-obatan sesuai indikasi, misalnya: golongan histamine H2-receptor antagonists (cimetidine, ranitidine, famotidine, nizatidine); golongan acid (proton) pump inhibitors (omeprazole, lansoprazole); golongan prokinetik (cisapride).
Pada kasus asma, maka dokter akan merekomendasikan golongan bronkodilator, kortikosteroid inhalasi, atau terapi asma lainnya.
Pada kasus postnasal drip, maka dokter akan memastikan apakah diagnosis mengarah ke rhinitis atau sinusitis. Kalau mengarah ke rhinitis, maka dokter akan merekomendasikan untuk menghindari lingkungan yang bersifat iritan, intranasal steroid spray, kombinasi antihistamine-decongestant, intranasal ipratropium bromide (untuk rhinitis vasomotor yang nonresponsive). Kalau diagnosis pastinya adalah sinusitis, maka dokter akan merekomendasikan antibiotik yang sesuai, dekongestan nasal spray, kombinasi antihistamine-decongestant.
Untuk kasus TBC, pengobatan lini pertama adalah menggunakan: isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol, dan streptomycin. Lini kedua menggunakan: golongan aminoglycosides (amikacin, kanamycin); polypeptides (capreomycin, viomycin, enviomycin); fluoroquinolones (ciprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin); thioamides (ethionamide, prothionamide); cycloserine; terizidone. Lini ketiga menggunakan: arginine; bedaquiline; linezolid; golongan macrolides (clarithromycin); rifabutin; thioacetazone; thioridazine; vitamin D.
Pada kasus tumor bronkus, maka diperlukan pemeriksaan pencitraan dengan chest radiograph dan tumor marker.
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu!
Dokter Dito Anurogo
Penulis 14 buku. Berkarya di Neuroscience department, Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia.
(hrn/vit)











































